Rabu, 02 April 2014

Donor Darah Pertamanya Adjenk



Assalamualaikummm…


Ahiiy. Aku akan bercerita mengenai pengalaman pertamaku untuk mendonorkan sebagian darah yang aku punya di tanggal 1 April yang berlokasi di parker belakang FSM. Hie, ini adalah suatu pengalaman yang mengerikan. Donor darah. Dan darahku adalah B dengan rhesus yang -, jadi darahku adalah B-.

Awalnya sih sempat deg-degan yah. Banyak bayangan yang menghantui aku. Jiah~ soalnya… emmm… soalnya aku takut jarum suntik. Hehehe. Ohya kegiatan ini merupakan kerjasama dari UKM KSR UNDIP, dengan PMI dan PT. Sido Muncul.

Jadi langkah pertamanyanya adalah menulis form donator PMI yang berwarna kuning. *sebenarnya pas aku nulis itu, masih agak ragu-ragu. Heheh. Selanjutnya form yang tadi diserahkan kepada petugas disebelah untuk di cek.

Pertama aku ditanya dulu mengenai riwayat penyakit, maag-ku akut atau gag, terus adakah sebulan terakhir aku mengalami asma kambuhan, dan yang terakhir alergiku selama sebulan ini pernah kambuh atau gag. Aku udah menjawab semuanya dengan kata tidak. Padahal waktu om Aying berkunjung ke Semarang khan aku makan cumi, besoknya gatel melanda tubuh ini hingga kaki. Berarti bohong gag yah, aku? Hahaha.

Udah, lalu yang di periksa lanjut adalah Hbku normal atau tidak, dan Alhamdulillah diatas 125 (>125). Dengan ditandai dengan tetesan darahku di tetesin ke cairan biru, dan hasilnya adalah mengapung. Cara pengambilan sampel darah sih kaya pengambilan uji darah waktu tes GolDar. Pokoknya mirip kaya praktikum SisHew. Trus kita disuruh untuk ke petugas selanjutnya. Tapi sebelumnya ditimbang badannya.

Anjir Men! Berat gue naik! Menjadi angka favorit gue! Omegot! Pantesan kerasa sesak. Gag usah di bahas yang ini, ok.

Di petugas yang kedua ini kita di cek pula tensinya. Dapatlah hasil 110/70 . Lah? Itu kata Pak Anwar termasuk tekanan darah rendah. Nah? Tapikan kalau mencapai 90/60 hingga 10/70 sebenarnya itu normal. Katanya sih, terhindar dari serangan jantung! Ya Semoga saja Yah.. harusnya aku makan kambing kali yah, biar tekanan darahnya agak tinggi.

Dan hasilnya…. “Silahkan mba, ikt antrii di bagian mobil PMI”. Huuuuaaahh… Khan aku sama Anisa memang gag di rencanain untuk itu. Jadi tampang kami agak shock gimana gitu. Wkwkwkwk~ karena ternyata ini juga yang pertama buat dia juga.

Udah ada 5 lebih orang yang antree sebelum kami. Jadi memang agak lama. Apalagi paling cepat pengambilan antara 10-15 menit. Gag lama berselang datanglah teman-teman yang sedia menjadi pendonor sukarela di angkatan seperti Frendi, sama Penny juga Emak Putri.

Jreng! Namaku di panggil juga sesudah Annisa adalah 5menitan masuk. 

Didalem ada dua petugas serta kursi pasien 4. Sedangkan kursi Anisa persis berhadapan sama kau.

Deg-degan, tau gag sih, deg-degan. Apalagi ketika mbaknya mengeluarkan jarum suntik yang kaya jarum jahit kasur -.-‘ Mampus ini’, batinku menjerit. Ngilu-ngilu gimana gitu.

Keinget waktu kami masih SD. Dimana harus melakukan momok ritual mengerikan kelas1-3. Yaitu… IMUNISASI. Hahahaha. Aku nginget itu pengin katawa. Padahat anak SD lho, tapi menghujat dokter dengan kata-kata kasar itu mudah saja. Atau yang harus lari-lari dulu. Atau yang pakai hom-pi-pha untuk menentukan urutan yang disuntik. Atau yang ngumpet dikolong meja. Dan terakhirnya adalah…. Yang Terlemahlah Yang Pingsan. Wkwkwkwkw. Inget banget tuh tersangkanya. Dedi, temen ane waktu SD gan. Hahahahahaha, ketawa sendiri sumpah.

Jangan tanyakan aku dong…waktu SD tuh, aku bersedia menjadi salah satu yang berani. Kata-kata yang pasti keluar dari mulut Ibu Mur, Ibu Tuti, Ibu Astuti (Alhamdulillah masih inget nama guru SD-ku) kurang lebih seperti ini, “Sudah gag usah nagis, rasanya kaya di gigit semut kok”. Wkwkwkw. Dan pasti anak usil yang berani duluan disuntik bilangnya gini, “Hih, sakit… rasanya linunya tembus sampai ke tulang”, wkwkwkwk. 


        Nah ingatan itu yang membuat aku sempat tertawa pada saat lengan kiriku akan di pasang jarum yang sebesar jarum jahit kasur itu. Yang membuat aku ketawa lainnya adalah ekspresi dari si Anisa. Hahaha, sumpah gokil.

Waktu jarumnya dimasukin mbaknya khan aku mesem-mesem gaje yah. Eh terjadilah percakapan.
“Gag sakit ya mba disuntik? Atau ke enakan di suntik?” kata mbaknya yang mengenakan pagar digiginya.
“Mbak-mbak, orang mana yang di suntik ke enakan? Namanya di suntik pakai jarum segede itu yah pasti sakit mba. Tapi ini paling dirasanya diawal doank”. Jawabku sok cool.
Dan aku bilang gitu sambil malingin mata. Sumpah, ngilu abis. Apalagi itu jarum nya… hiihhh… Ampun, ampun. Gag mau lihat,gag mau lihat.






“Mbak, ini darahya diambil biasanya sampai berapa menit?”, aku mbuka obrolan. Itu masih di lima menit pertama lho yah.
“Kalau aliran darahnya mbak lancar, 7 menit atu paling sampai 11 menit”. Jawab mbaknya santai.
Anjir.. Lama banget. Padahal udah kepikiran mau di cabut saja sambil ngracau gag nggenah. Rupanya mbaknya ini paham gelagatku. Terus dia Tanya lagi begini.
“Kenapa mbak? Sakit? Kesemutan? Atau pusing? Nanti bilang yah”.
Lagi-lagi aku menjawab sambil membuat mbaknya mesem, “Gag mbak. Ini mah gag sakit. Tenangggg”. Padahal aku lagi sms-an sama Mamahku, kalau aku lagi sakit dan linu banget karena lagi di donor.
Tapi ternyata cepet banget lhoh 11 menit itu. Mungkin sambil sekalian ngobrol sama mbaknya kali yak. Banyak sekali lah yang diobrolin itu. Yang katanya rumah neneknya di Panggung, gang Gentong Tegal. Ya Wis, Wonge dewek. Angger aku kenapa-kenapa nuntute gampang, gitu piker ku. Hahaha.
Kata Anisa kok aku cepet banget sedangkan dia belum. Trus mbaknya nimpali sambil membuat orang didalam ketawa, “Kalo mbaknya ini (nuding ke aku) pakainya tol tembalang, mungkin kamu pakainya tol bawen yang macet”. Hahaha, kocak banget dah.
Waktu aku turun, ternyata disitu sudah ada Wildan, Hadi, sama Imam yang juga mendaftar sebagia pendonor. Ohya waktu sebelum turun, aku dikasih Wafer sama bubur kacang hijau sebagai pengembali stamina.
Sumpah, Anisa lama banget. Setengah jam ada. Dan waktu turun dari mobil PMI, aku langsung menyambutnya dengan ketawa. Karena ternyata dua-dua lengan dia di suntik. Karena lengan kiri terlalu lemah. Hahaha. Aku sing siji be ngeri, apamanig sing loro-lorone di suntik dom gede. Wkwkwk.
Yaudah deh, trus kita belajar buat pretest Sistum. Trus aku bilang supaya handsaplash-nya di copot aja. Ternyata waktu mau dibuka, aku masih belum bernyali melihat. Aduh.. lucu dah pokoknya. Walau setelah membuka, masih terlihat bekas merah sih seperti lubang pori yang besar.
Yaudah, sekian dulu cerita aku untuk kali ini. Harapanku, secara rutin bisa mendonorkan darahku. Supaya dapat terregeneralisasi bloody-nya. Maaf apabila terkesan udik, alay dsb, soalnya baru pertama kali. Jadi memang begini :D








Tidak ada komentar:

Posting Komentar