Selasa, 01 April 2014

Dewasa di Opininya Adjenk



Assalamualaikum, wr, wb.

Last night, we was a make a opinion about Tegal, right? So, whats up for now? This topic actually isn’t about English Language. But for a mukoddimah, I try too using it. Hahaha.alright? yes, alright.

Yang bakal kita kupas disini adalah Dewasa. Apakah itu dewasa? Siapa sajakah yang disebut dewasa? Kapan kita mengalami pendewasaan? Dimana saja kita dapat menyalurkan kedewasaan? Mengapa kita harus dewasa? Dan bagaimanakah caranya?

Pertanyaan di atas menurut reporter tentu saja sudah benar, bukan? 5W1H? weh..wehh.. itu siapa itu yang dibelakang, kenapa pada ngomong itu jenis virus baru? Mentang-mentang saya dari biologi yah? Bukan. Itu merupakan kerangka untuk menanyakan sesuatu hal pada narasumber untuk memperoleh berita.

Bahasan kita bukan tentang materi bahasa Indonesia loh yah. Tapi tentang Dewasa. dan lagi sebenarnya sama dengan kata “orang” yang memiliki dua arti (orang sebagai manusia, dan orang sebagai manusia yang sukses). Dewasapun demikian. Dewasa disini, akan kita bagi menjadi Dewasa dari segi usia, dan dewasa dari segi isi film di laptopnya. Ups! Gag, bukan dewasa yang begituan. Tapi dewas dari segi sifat atau filosofinya.

Menurutku, dewasa merupakan proses hidup dimana kita sudah dapat memahami lingkungan sekitar, dan sudah dikatakan mampu untuk melakukan hal yang dahulu mungkin masih tabu serta sulit bagi kita. Impossible manjadi I’m Possible.

Mungkin ini diambil dewasa menurut sifatnya. Kata Bang Raditya, “Alay adalah proses menuju kedewasaan”. Ada benernya juga sih. Kita bisa lihat ini dengan adanya perubahan sifat dari yang “aye..ayee” jadi “petuah yang bijak”, dari yang manja sekarang jadi agak mandiri. Ya gag? Kalau di sifatnya, siapa saja yang sudah bisa nuturi dalam bahasa jawanya atau dapat memberi contoh yang baik serta petuah itu yang disebut dewasa. 

Nah, dewasa yang menurut sifat ini yang terkadang anak kecil atau ABG lah bias menyandingnya. Sadar gag sih gitu yah, kadang malah sifat orang dewasa yang kaya anak-anak, dan sifat anak-anak yang bisa kasih gambaran kehidupan yang keras kaya orang dewasa. Kadang gitu yah, aku juga sering malu kalau manja sama orangtua sedangkan disisi lain aku dinasehatin sama anak kecil. Atau tiba-tiba adek kita nasihatin kita kalau yang kita lakuin itu ada yang salah. Contoh lain aja maaf-memaafkan. Anak kecil kok ya segampang itu memaafkan kesalahan temennya trus gandengan tangan dan main lagi sama temennya yang nakal itu.

Kapan kita menjadi dewasa? Nah itu dia. Kalau ditanya dari sifatnya. Orang menjadi dewasa ketika ada orang lain yang lemah disampingnya, trus pinjem pundaknya dia untuk menangis. Ya gag? Gag salah kok dengan tangisannya. Tapi semua nasihat yang di sampaikan si pendengar atau pemilik pundak itu selalu didengarkan sebagai kebaikan untuk lebih tegarlah, bangkitlah. Padahal suatu saat mereka juga akan melakukan hal sama ketika lagi down.

Dimana saja kita dapat menyalurkan kedewasaan kita? Semua cowok menjawab : “Diskotik dan karaoke!”. Parah lu! Otak isinya yadong mulu. Gag. Bukan gitu maksudnya. Jadi dimana saja kita dapat menasihati, membesarkan hati teman, menegarkan hati teman, memaafkan kesalahan teman, mengiklaskan sesuatu atau ibarat kata mencerahkan perasaan teman itulah kesempatan yang bisa kita sebut “saatnya menjadi dewasa”. 

Mengapa kita menjadi dewasa? Temen aku menjawab, “Biar maspacar gag bilang aku kaya anak kecil lagi”. Hahaha. Kalau dewasa sifat buat cewek itu kaya pandangan sebgai wanita karir dibanding masa kuciran Barbie saat SMA. Paham gag? Kalau belum di cerna dulu. Aku yakin setiap pribadi memiliki pendapat lainnya mengenai ini. Khan usia kita sudah dewasa.

Dan bagaimanakah kita menjadi dewasa? I think it was a natural life for habbit. Jadi ngalir aja gituh sifat kita menjadi lebih baik. Gag perlu mempersiapkan diri kamu sebaik mungkin secara penampilan. Asal ada kesempatan baik untuk dilakukan, maka lakukanlah. Gitu.

Sekarang kita bahas dewasa menurut usia. Di Eropa sana orang di bedain Cuma atas penampilan luarnya aja yakni child dan adult. Sedangkan adult ini bisa melakukan apa aja seperti “orang dewasa” lainnya lakukan. Banyak juga yang gag kok. Semuanya tergantung didikan serta lingkungan sekitar. Bukan begitu?

Sedangkan usia dewasa di Indonesia di masukan diatas 17 tahun. Kenapa dengan Tujuh Belas Tahun itu? Tujuh Belas Tahun disini adalah waktu dari seseorang sudah dapat dipercaya dapat melakukan kegiatan baik. Mandiri maksudnya. Tapi jangan di gunain untuk keburukan yaa.. khan sudah dikasih Ibu&Bapak KTP, SIM (jiah ini sih aku yang mengharapkan waktu swit sepentin).

Orang dewasa di percaya dapat ngelindungin orang yang lebih muda atau kecil dari dia atau melindungin orang yang gag mampu.

Gag sedikit juga yah aku tanya temen cewek, tipe-tipe dari dari cowoknya. Ada yang jawab, “aku maunya yang dewasa. Jadi dia bisa ngladenin aku, atau nurutin aku”. Gue sempet heran gituh yah, ini nyari cowok atau nyari pembantu? *ErnestPrakasa_SUCI_ModeOnJadi ntar dia membuat pengumuman tulisannya begini,”Dicari seseorang yang akan menemani hatiku dengan criteria mau nemenin aku kemana saja, mau mbawain tas aku waktu nyoba sepatu dan baju di  mall, mau ngebukain pintu mobilnya dan mbenerin sepatu atau rokku waktu mau naik, bla…blaaa.blaaa.”. dia konyol. 

Hahaa. Aku gag yakin, cowoknya bakal jadi dirinya sendiri. Soalnya sabar banget ngeladenin kemauan si Tuan Putrinya. Hahaha.

Okeh saya Adjenk Sevfour, terima kasih…. *sambil nundukin kepala
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar