Selasa, 22 April 2014

Kamu Memanggilku Dengan Sebutan "Jae"



Kamu memanggil aku dengan sebutan ‘Jae’? ah, gag. Itu gag akan pernah terjadi. Film Thailand yang aku tonton akankah akan menjadi kenyataan? Tentang Fabulous 30, atau My First Kiss? Aduh. Gag deh, amit-amit. Menjalin hubungan dengan anak yang usianya di bawah kita. Atau, bakal merit di usia tiga puluhan kaya di fil Fabulous tadi? Atau?
Ah. Bayangan ini melayang begitu saja. Senyuman yang tersungginga hanya segaris tipis aja. Hahaha. Walaupun cerita ini pernah aku masukkan dalam naskah yang aku buat ketika imajinasi aku melayang.
Konyol yah. Aku memiliki mimpi menikah di umur yang bisa di bilang sudah sangat amat. Tapi aku menjauhkan hubungan pernikahan yang terlalu terlambat untuk seorang wanita.
Pernah juga aku membuat naskah dimana aku sebagai seorang wanita karir selepas pulang dari Thailand di tempatkan disalah satu company yang di dalamnya juga terdapat seseoranf di masa lalu. Dan patnerku adalah seorang yang selalu memanggilku dengan sebutan….Kakak.
Dan, tentunya tahu apa yang terjadi. Di mana yang satu memiliki sifat manja yang tidak bisa aku andalkan dan aku mengajarinya sebagai tentor karena sebentar lagi harus keluar kantor tersebut.
Atau. Mungkinkah aku harus memperpajang ceritanya menjadi begini: “Jae. Aku tahu sifat kamu yang workaholic membuatmu melupakan kewajibanmu untuk menjadi pendamping seseorang. Aku tahu, umur ini sangat memiliki space yang cukup. Aku pula tahu hubungan antara patner sebagai senior maupun juga junior cukup seperti ini. Tapi sifatmu yang selalu mengganggapku sebagai adikmu membuat aku nyaman, atau karena aku merupakan si tunggal dalam keluarga. Tapi, will u marry me? Yeah, I though this is a crazy think about love. But I’m sure, I wanna be everything for you, I wanna be your idea, body or your live?”.
Dan Jae terbahak-bahak atas apa yang dikatakan Khung. Jae memalingkan wajah namun terlihat adanya gumpalan air dan membuat Jae salah tingkah. “Yang aku tahu, yang kamu butuhkan adalah seorang kakak. Bukan seorang pendamping. Kamu pasti gag maukan keluar dari kantor karena aku tahu gag gampang mendapatkan posisi disini. Dan kamu tahu, akupun gag akan rela meninggalkan posisiku yang jauh memiliki pandangan dengan atasan. Jadi kita sama-sama memiliki egois. Yang aku butuhkan adalah seseorang yang memang mau mengerti aku, mau mengalah atas ke-ego-annku, ke cintaanku atas pekerjaan ini. Bukan seorang anak yang hanya nyaman denganku karena mengannggap aku sebagai kakaknya. Dan kamu lebih memilih memanggil aku dengan sebutan Jae, khan? Bukan P’Pla. Hahaha, walaupun itu lebih baik di bandingkan dengan Khun Pla. J Maaf, aku gag bisa. Ini kalinya aku menolak seseorang yang akan meminang aku di usia aku yang berkepala tiga. tapi…aku lebih senang jika memiliki adik sepertimu, Hahah” guyonnya sambil memainkan rambut Khung yang tingginya lebih sedikit dari adik lelaki kandung Pla.
Sambil memeluk. “Jae, ini gag sesederhana yang kamu pikirkan. Sama sekali bukan maksud aku menyinggung usiamu. Bukan..bukan sebagai kakak yang biasa. Tapi aku bisa lebih dekat denganmu, lebih dapat sepuasnya melihat wajahmu ketika bangun tidur, lebih bisa sepuasnya mencicipi makanan rong kughi-mu, atau menyediakan kopi karena kamu harus lembur gara-gara Khun Daaeng memberikan tugas berlebih. Kalau memang mau kamu tetap bekerja, aku akan mencari pekerjaan yang lain”.
Cuttttt!!!
Sudah yah, stop. Khayalannya sudah gag stabil ini. Hehehe.

  Tak ken mak tak say

Tidak ada komentar:

Posting Komentar