Rabu, 16 April 2014

Tentang Seorang Kucing



Assalamualaikum wr wb.
Sebelum nulis ini aku melafadzkan Basmallah dahulu, so kalian yang mau membacanya pun harus demikian, ok.
Oke, sebenarnya permulaan itu untuk membuat adem hati saya ya, *Hehehe*. Maklum, yang bakal kita rumpiin kali ini adalah seorang anak lelaki yang ngebuat aku eneg. Apa sih itu, benci gitu loh sama dia.
Ini bukan mengenai mantan yah, tapi mengenai orang yang dulu pernah aku kagumi (garis bawah, bukan suka, atau sejenisnya. Amit-amit singgah) lebih tepatnya aku kagum dan simpati sama dia. Kalau aku ingat cerita dulu kenapa demikian, sumpah langsung timbul rasa ilfil yang mendalam dalam benak aku.
Tapi untuk mengawali cerita ini, ya sudah. Aku bercerita sedikit kilas balik yang terjadi.
Jadi (kalau gag salah) awal aku kagum itu karena dia orangnya unik, sengak, tapi pinter ngomong gitu. Walaupun kalau dia ngomong itu menurut aku agak berbelit-belit atau gag langsung pada intinya. Untuk menambah uang jajan selama kuliah disini, dia kerja sebagai penjual pulsa yang biasanya di bayar temen-temen kalau sudah dapat kiriman uang. Hahaha
Nah pelanggannya termasuk aku penasaran gitu kenapa dia gag jualan pulsa lagi. Alhasil waktu kita ada waktu berdua dan kami sempat ngobrol. Kalau gag salah itu waktu ada POBiologi-tenis meja. Dia itu cerita panjang lebar kalau ternyata dia habis ditipu sekian juta.
Disudut matanya, aku lihat ada butiran air yang akan jatuh. Tapi aku tau, sebagai lelaki dia gag mungkin menangis didepanku. Agak kebawa emosi juga sih, seperti merasakan apa yang dia rasakan. Bertambahlah ‘rasa’ tersebut.
Disisi lain, aku punya kawan yang menurut aku bisa di percaya dan dan aku cerita mengenai manusia tersebut ke padanya. Aku juga bilang ada rasa ke dia, agak sedikit perhatian juga sih (kaya waktu audisi anak teater). Walau gag intens. Sialnya! Kawanku tersebut malah bercerita ke manusia itu.
Alhasil, aku langsung menarik diri serta menjaga jarak padanya, seteleh dua hari yang sebelumnya kawanku dan dia mengobrol. Kata kawanku ini dia ‘menolak halus’ (padahal aku juga gag ngerasa ngungkapin perasaan suka, lho) dan berjanji tidak akan menjauh setelah itu. Dan dari situlah rasa benci atau agak gag suka, atau rasa ilfil, entahlah itu hadir.
Kejutekan yang aku lakukan terhadap kaum adam, menjadi bertambah setelah kejadian itu dan sampai sekarang. Terutama ke dia. Jadi aku ngerasa gitu, kalau aku rendah di hadapan dia. Mulai deh aku berjanji hanya murni butuh pulsa dan gag neko-neko.
Alih-alih dikirim secara cepat,  kalau bales lamaaaaa sekali. Mau bilang gag jadi beli pulsa, kasihan rejekinya dia. Sebelnya itu pernah sampe dua jam aku tunggu pulsa. Dia Tanya lagi mau dikirim atau gag, yang bĂȘte ada tulisan ‘Sorry, khilap’. Aku balas aja, ‘iya gag papa. Udah biasa ngekhilaf ini’. Anjiiirrr…
Walaupun benci, ada suatu kejadian yang ngebuat aku sempet speechless. Waktu itu kami masih masa orientasi dan setelah dilakukannya evaluasi angkatan. Udara di sana begitu dingin. Tiba-tiba saja setelah acara usai, (aku lupa hal yang menyebabkan kami ngobrol) yang jelas dia bilang kalau dia kedinginan. Pakai adegan genggam tangan aku segala.
Sial! Emangnya aku kompor apa?! Sedikit rasa seneng juga, karena ….. kekekek~
Tapi ya jadinya timbul sifat yang jelek dariku, walaupun aku rasa dia juga merasakannya. Selalu menghindar dan membuang diri atau mengabaikannya kalau seandainya ada dia lewat. Kecuali kalau disapa. Aku baru menjawab dengan sahutanku, “Yoii”.
Tapi gag ngerti gitu, akhir-akhir ini sepertinya waktu dan tempat di persilahkan untuk kami dapat berjumpa. Ahhhhhhhhhhh….. Ge-sho! Gimana mau ngehindar coba? Jelas-jelas dia di depan aku, masa iya tiba-tiba aku nglengos tanpa riting berkedip? Lagian aku sudah gede juga untuk bersikap kaya gitu.
Kemarin waktu ada mas-mas gila di perpustakaan. Nah dia nongol pula. Sebenarnya mau minta tolong juga dari tatapan mas-mas gila itu. Sebelumnya memang ada percakapan singkat diantara kami,
“Mau kemana (Owli)?”
“Perpus”
“Oh, ikut ahh”
Singkat khan? Terlalu singkat banget malah. Ya walaupun aku kasian juga. Karena kami (aku dan Anisa) yang terkesan cuek seperti tidak menganggap kehadirannya. Padahal kursi kami bersebelahan. Kekekek~
Yang paling parah menurutku hari selasa (15/4) kemarin. Full seharian ketemu dia mulu. Apalagi hari itu kami presentasi tentang Gymnospermae. Eh, malah di kampus dapat kabar kelasnya di gabung A dan B. sial ini namanya.
Tuan rumah (kelas A) dipersilahkan maju terlebih dahulu. Disini kelompokku juga sudah mempersiapkan materi yang di bawa perindividu. Aku kebagian perkembangbiakan atau reproduksi dari Gymnospermae. TERNYATAAAA…. Dia juga menjelaskan mengenai reproduksi Gymnospermae.
OWH TUHAN…. Lepaskan aku dari kutukan atau karma ini! *(Agak lebay yah? Abisnya yang di rasakan memang demikian. Jadi aku merasa kebetulan itu merupakan suatu musibah)
Waktu sesi Tanya jawab, dia belum bisa menjawab. Alhasil kelompok tamu (kami) disuruh menjawabnya. Aku yang menjawab panjang lebar meskipun masih kurang tepat. Biarin deh, kali ini aku tolong dia. Tapi lain kali, heh(!) sorry lah yaw!
Khan udah selesai tuh kelas. Kami belum mempersiapkan bahan untuk praktikum siangnya. Manalagi aku gag membawa jas lab karena gugup presentasi. Ya sudah, aku minta tolong Anik untuk kami pulang berboncengan dan mencari tanaman semanggi di pekarangan kampus.
Yakin gag yakin kami menemukan tanaman yang dalam hipotesis kami adalah semangi. Lalu aku melihat sekitar, siapa yang sekiranya mampu membenarkan praduga kami. Nah aku panggil namanya;
“Kucing! Sini bentar, deh”.
“Iya ada apa?”
“Tolong perhatikan, ini semanggi atau bukan?”
Gag lama kemudian, “iya, ini semanggi kok
 “Oh, yasudah. Makasih”.
“Hah? Cuma gitu tok?”.
“Iya, aku suruh kamu kesini Cuma butuh jawaban iya atau engga”.
“Kirain ada yang lain, apa kek gitu”
Langsung deh, aku menjauh. Dengan ocehan aku yang gag jelas karena tiba-tiba saja mood aku berubah jadi sebel. Sering banget dia ngerubah suasana yang tanpa dia tau merupakan kartu As buatku. Manalagi aku gag pandai berkilah. Kalau ketahuan, kan malu.
Alasan aku jomblo lama yak karena aku takut menjalin hubungan lagi, trauma karena ldr, takut cowok yang disukai kaya mantan. Dan salah satu alasan yang berhubungan sama dia itu karena aku gag mau suka duluan ke anak cowok. Soalnya kalau di *ehem* tolak halus itu nylekit banget.
Sebenarnya kalau yang gag tahu juga gag enak yah. Semoga dipikiran mereka gag gini, “kok kalau ada Kucing, Owli gag nyaman dan gusar yah?”. Yah, aku juga sebenarnya gag enak. Gag logis banget alasan aku bisa sesadis, sekonyol, se-childish itu ke anak orang. Ya mau gimana lagi. Menurutku itu cara terbaik yang bisa aku lakukan untuk berhadapan dengan orang yang gag aku suka, aku benci, aku ilfil padahal dulunya pernah ada rasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar