Senin, 26 Mei 2014

Serunya PL Sistum di Candi Gedong Songo



Assalamualaikum…
Hehehey… Ternyata aku baru menyadari, kawan. Gimanapun secapeknya aku mau di waktu senggang ataupun gimana perasaan aku, aku lebih suka mengisinya diakhir cerita dengan sebuah catatan ‘report’ kecil (hehehe) ataupun corat-coret gambar. Sampai-sampai aku dapet sedikit (bisa dikatakan) pujian dari salah seorang teman. Yang katanya aku ataupun orang yang bisa menuangkan ide dan imajinasinya termasuk orang yang hebat dan mampu untuk menyelesaikan masalah tanpa masalah (jiehehe, dikataaaa padahal ya, hehe tidak sama sekali).
Alhamdulillah sekali, pagi tadi (24/4) anak Cor Nature baru saja melaksanakan PL Sistum tepatnya di Gedong Songo. Sama seperti PL Ekologi, kami ngaret hampir setengah jam yang menyebabkan komting kami, si Hadi marah-marah. Ya wajar saja sih, karena dia tidak enak hati sama beberapa dosen yang sudah nyampai dahulu.
Kalau aku sih telat, mohon maaf yah. Abisnya nunggu anak yang pada mau nitipin motornya di sini. Kalau aku tarikin permotor 2000,- hasil penitipan motor mungkin mencapai 12.000,- Tapi berhubung aku orangnya baik hati, jadi aku tidak meminta sepeserpun, toh emang kostan ini dekat dengan GSG pulak.
Yasudah setelah absen selesai, kami melakukan pembagian bis. Yeaaahh,, bisku enak kawan, jadi tidak akan mual-mual selama perjalanan. Perjalanannya beneran naik-turun tidak karuan..maklum perjalanan gunung kaya perjalanan ke Guci atau Baturaden tha? Kalau tidak salah, perjalanan memakan waktu hingga 1 jam, tapi hasilnya tidak mengecawakan ketika hawa sejuk menyambut kami yang turun dari bus Nugroho.
Singkat cerita, kelompokku yang terdiri atas Khalisa, Endang, Zikra, Chory, Latifah, Wildan dan Marco mendapat tempat di daerah gerbang atau taman pintu masuk. Awalnya sih ada perasaan kecewa, tapi tak apalah. Disana kami hampir banyak sekali menemukan spesies dari mulai lumut, lichen, paku, hingga mono, dan dikotil. Terlebih ketika pak Jumari, Ibu Murni dan Ibu  ikut membantu kami hunting ‘harta karun’ tersebut bertambah tumpah ruahlah hasil yang didapat. Ide isengku muncul yakni merekam jejak perjalan kami dari bawah hingga puncak bukit. Lucu hasilnya. Hehehe.
Kami mendaki dari Candi Pertama hingga Candi Terakhir yakni lapangan Basecamp tempat kami berkumpul. Sepanjang perjalanan sungguh melelahkan, mungkin dikarenakan aku baru pertama kali melakukan perjalan tersebut. Tapi aku tetap semangat karena sebentar lagi mimpi tentang pendakian beberapa gunung serta pegunungan akan segera tergapai. (Mohon harap maklum, saya anak kota yang baru adventure). Jalannya itu naik, turun, berbatu, licin dll. Tapi….ITU SERU, Kawan!! Subhanallah.
Sepanjang perjalanan yang mungkin banyak aku ketawa ik adalah:
1.             Banyaknya yang menggunakan objek wisata alam ini menjadi objek wisata hati a.k.a pacaran. Banyak banget kita lihat dua sejoli pada jalan gandengan berduaan, ceritanya mungkin cinta alam kali yah ?) atau back to nature (?) tak tahu aku.
2.             Banyak yang saltum. Serius, menurut aku memang sih yah Gedong Songo itu objek wisata. Tapi yak masa banyak di temui pasangan-pasangan terutama yang ceweknya yang saltum. Pakai high hills lah, rok mini lah. Ealah… dikata mau ke Mall? Sampai-sampai kelompokku terutama Wildan, Marco sama Kak Icha semangat ntuk menyindir mbak-mbak tersebut. Lucu sekali lah. Hahahahah.
3.             Dan yang untuk mas-masnya. Ada satu kejadian lucu dimana ia mengenakan baju bertuliskan MAPALA bersendal gunung tapi kelakuannya yang amat tidak MAPALA. Yakni memetik bunga-bunga di bukit tersebut. Aku mengutarakan pandanganku tersebut kepada Wildan dan dia menyetujuinya. Amat sangat tidak lucu, untuk ajang pamer ke sang kekasih, gituh?
Sedangkan untuk masalah sampah sendiri, hal ini jarang ditemui. Artinya kesadaran pengunjung disini sudah baik karena mau menjaga kebersihan objek wisata yang di kujungi. Jadi tidak di temukan adanya aroma-aroma yang menusuk hidung di Candi Gedong Songo ini kecuali aroma belerang yang lebih mirip seperti aroma (maaf) kentut, dan aroma ranjau darat dari kuda (maaf, tai kuda).
Sedangkan spot-spot yang menyenangkan menurutku adalah jalan menuju pemandian air hangat dan tentunya Candi-candi ataupun batu bekas reruntuhnya candi tersebut. Bagian depan kolam pemandian air hangat tersebut terdapat sebuah tebing  kapur yang tinggi atau apa aku kurang paham karena warnanya yang putih. Tebing tersebut berlubang dan dia mengeluarkan uap panas yang pasti menyemburatkan aroma tak sedap tadi. Awalnya uap tersebut kami pikir berasal dari kawah bukit, tapi aku sempat mikir juga, “kok ya bukit ada kawahnya, trus kawah Ungaran kaya apa?”.
Nah bagian atas tebing tadi yang merupakan candi terakhir yang terdapat lapangan untuk tempat kami berkumpul. Di awali dengan memilih gazebo, di lanjutkan dengan makan-makan sejenak lalu kami foto-foto di candi satunya. Keren deh pikoknya. Jadi setelah pengumpulan sempel, kami lanjutkan dengan foto angkatan membentuk CN 12. Lalu dilanjutkan dengan kemas-kemas dan pulang.
Dan jalan menurunnyaa itu lho, bener-bener curam yang menjadi menyebab pengunjung jatuh, beneran tidak bisa di rem, walau berjalan kecepatannya mungkin 100km/h. kekekek. Kalau menurut aku dan Endang yang memang jauh-jauh tempat udah kebelet pipis, hal tersebut malah membantu kami. Hahahaha.
Ya sudah ini Foto-foto narsis aku dan kawanku beserta ceritanya:
IV. Hasil Selama Pengamatan
1.      2.       3. 4.        5.      6.
7.        8.      9.











10.    11.     12.
V. Pembahasan (hahahahahah)
1.      Gambar 1 adalah gambar aku sama Mbak Dian, pake Hapenya Mbak Dian. Itu bekas reruntuhan atau apa yah enaknyah? Poseku yang mentang kayaknya kurang sedep di pandang yah? Hheehheh. Oya selalu saja tanganku terlipat di depan dada.
2.      Di gambar 2 itu ceritanya kita selfie jarak jauh. Yang pegang kamera itu Bude Noor, trus menyusul di belakangnya ada Mbak Dian yang selalu kalem, aku dengan kedua tangan diangkat, dan Choirul yang pake pose cemberut. Sedangkan dari jauh terdapat tiga anak yakni PSN, Syella dan Seviana.
3.      Seriusnya kak Icha digambar ke-3. Dia lagi mengambil kerak atau lichen di pohon yang tumbang.
4.      Gambar ke-4 dan ke-8 itu ada Agnis. Keren khan angle yang aku ambil. Itu candi kedelapan atau keberapa yah aku lupa. Nah gelas kopi yang Agnis itu awal di buat panas banget, tapi ternyata, bujuug…ccepet banget dinginnya.
5.      Sedangkan gambar ke-5 itu aku yang (lagi-lagi) berpose tangan terlipat di depan dada. Sayangnya Agnis tidak bisa mangambil angle yang sesuai harapanku.
6.      Dari hasil kekecewaanku tersebut akhirnya aku selfie seperti gambar 6, 7 dan 9. Bila di cermati, ketiga gambar tersebut memiliki persamaan. Apa hayao? Yap! Bagian pucuk candinya tidak terlihat, menyedihkan.
7.      Di gambar 10 itu memang agak tidak jelas yah? Jadi itu ketika perjalanan pulang kami.
8.      Lihat-lihat! Bila gambar tersebut di perbesar, maka munculah dua candi yang baru saja kami ngeksis disana. Jauh dan keren sekali bukan? Huoh! Sugooiii! Eh, Subhanallah.
9.      Foto terakhir aku tutup dengan perjalanan menuju ke bawah. Hey! Ada semburat gunung Sumbing yang tertutup awan, selain itu menampilkan kebun bawang. Aku terlihat gemuk yah, ketika di foto dari arah samping.
Ya sudah, dengan berarkhirnya foto tersebut, berakhir pula cerita yang bisa aku bagi. Semoga siapa saja yang membaca juga dapat berkunjung kesini. Ohya, doakan penulis yah, untuk dapat menentukan kemana enaknya penulis mengisi waktu liburan panjang ini? Silaturahmi ke teman yang di Pegunungan Dieng atau pergi Muncak bersama sahabat?
Yasudahlah, apapun itu Salam Hangat Mencintai Bumi Allah!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar