Walau telat sih ini tulisanku.
Aku menulis ini di hari Minggu (11/5) malam hari setelah angkatan Cor Nature melakukan PL Ekologi di suatu tempat. Kekeke~ sebenarnya capek banget. Betis aku yang sebesar ubi jala saja masih merasakan pegel sehingga aku mengetik ini dengan keadaan kaki yang aku senderin di tembok kost… Jiahaha, ada yang mikir gimana nmelakukannya ya? Ketipu deh.. hahaha~
Aku menulis ini di hari Minggu (11/5) malam hari setelah angkatan Cor Nature melakukan PL Ekologi di suatu tempat. Kekeke~ sebenarnya capek banget. Betis aku yang sebesar ubi jala saja masih merasakan pegel sehingga aku mengetik ini dengan keadaan kaki yang aku senderin di tembok kost… Jiahaha, ada yang mikir gimana nmelakukannya ya? Ketipu deh.. hahaha~
Aduuuuuhhhh… Berseri-seri banget aku ini, mendengarkan lagu Asmara
Nusantaranya Budi Doremi. Sebenarnya ada dua hal yang mau kita bahas tapi di beda
tulisan lho yah.. yang pertama mengenai PL tadi yang kedua mengenai Pecinta
Alam. Tapi kali ini mengenai PL dahulu.
Jadi awalnya memang di jarkom jam 6 pagi SUDAH HARUS KUMPUL di FSM.
Kenapa jam segitu? Katanya biar panasnya tidak begitu kerasa.. ya Sudah khan,
aku yang merasa jam segitu belum ada angkot yang lewat, jadi keluar kost jam 5
lebih, niat jalan kaki. Jiahahahahaha. Soalnya ada tulisan, “Anggap latihan
sebelum naik ungaran”, itu sebabnya aku semangat ‘45! Hyeeee!!!!
Tapi kawan, padahal udah ada tulisan sudah harus kumpul jam 6,
nyatanya masih saja ngaret sampe jam setengah7 lebih, Ampun deh -.- Yaudah deh, paling aku ngucapin terima kasih
ke Alivia karena waktu di depan dekanat dia nebengin aku. Padahal aku mau
pemanasan. Pasti ini mba Mutia bakal marah-marah. Pikirku.
Singkat cerita kita udah di daerah hutan edukasi jam 8. Panase
njeh, kata Vika ini nerakanya lagi bocor. Tapi memang panas, jadi aku memang
sempat pusing sekali, mual gituh. Manalagi briefing yang bagian ekosistem
akuatik dan daratan ternaungi tak ternaunginya lama beud (aku memang tertarik
untuk langsung mengambil bagian tersebut). Tambah-tambah pengin muntah. Eh tapi
ternyata di tengah briefing Pak Jafron sama Pak Ruli mbawa specimen yang beliau
temui, yakni belalang ranting (Phobaeticus chani).
Phobaeticus chani
Khan iseng-iseng aku kami (Aku, Mbak Dian, sama Arrofi) ngukur
panjangnya wuidih lumayan juga dari anterior sampai posterior itu sekitar 12 cm
dimana bagian kaki yang belakang dari pangkal hingga telapak sekitar 6,5-7cm.
permukaannya keras seperti ranting dan juga kasar.
Yasudah, setelah itu kita langsung otw ke daerah akuatik. Sumpah proses
jalannya itu keren banget, aku yang mengidam-idamkan untuk muncak sedikit
berimajinasi kalau lagi muncak. Walaupun pasti capek muncak, tapi medan yang
bakal di tempuh kurang lebih demikian. Kata sumber di depan.
Melewati sungai (?) atau selokan (?) pokoknya nyebrang dan di situ
manjat lagi hingga sampai sungai yang di tuju. Moto eksis dahulu dong yah. Tapi
di sini si Vika lebih mendominasi mengisi memori card-ku di banding si
empunya. Huah, sumpah mungkin karena
akunya yang lagi heboh jadi aku ngebayangin lagi di hutan-hutan yang ada
sendang-sendangnya gitu..
Di foto pertama si Vika ngeksis dahulu sambil nglepas lelah. Di foto
kedua dan ketiga aku sama Vika, aku yang pakai masker, soalnya agak mual. Apa
hubungannya yah? Kami lagi pamer training ituh. Kekeke~ Di Foto ke-4 semua
wajah temanku pada suntuk semua, sampai-sampai Fransisca lagi berasa jadi
Dayang Sumbing dari jauh ada Amel yang lagi nongkrong di pinggir air terjun dan
di belakang ada Arrofi yang lagi pakai topi Green army. Nah foto yang ke-5 itu
kaki aku sama Ochi, anak Haliaster. Aku langsung aja melepas kaos kaki dan main
air. Maklum kangen suasana ginian. Trus yang terakhir itu foto Vika yang
mencoba alat Water Checker di sebelahnya ada dua anak Hali lainnya yang juga
mencemplungkan kakinya di air yakni Mbak Dian yang pakai topi dan yang pakai
slayer jingga yakni Nalar Mutiara.
Setelah itu kita langsung naik ke atas lagi untuk mengukur daerah
terrestrial (daratan). Lumayan ini naiknya, apalagi sandal abis basah kena air.
Takut licin. Dan tempatnya menanjak saudara-saudara. Sewaktu sampai di atas,
suasana sangat memanas karena suhu dan tanah yang kering –beneran kering-, ini
beberapa fotonya:
Di foto pertama itu sebenarnya nanjak, tapi karena aku sejajar
dengan sang model, jadi kelihatan tidak terlalu menanjak. Di foto ke dua itu
tangan dari Ainin ikut nampang waktu mencoba soil meter untuk mengukur kelembapan
dan Ph dari tanah. Selanjutnya adalah foto bayanganku, jiahahaha. Dan lihat
betapa keringnya itu. Temperaturnya aku taksir antara 37-38oC panas
cui. Bisa dilihat di foto ke-4 yang lagi pada ngadem di bawah pohon pisang? Itu
ada yang pakai payung, ada yang minum. Dan yang paling kocak adalah di foto
terakhir. Hahahahah. Ide cemerlang menarik tangan Imam untuk mengambil daun pisang
karena dirasanya dapat berfungsi sama dengan paying. Di sampingnya ada yang
numpang teduh, si Danar. Entah apa yang mereka perbincangkan, hahahahaha. Trus
tak jauh di belakangnya ada tiga anak manusia (Nasrul, Khalisa dan Ristia) yang
lagi mengukur intensitas cahaya menggunakan Lux Meter, bukan Lux Body Soap yah.
Kekekek~
Ya sudah selanjutnya kita ke
kelompok masing-masing dan makan siang di padang rumput. Kelompok Mbak Meiza di
dalamnya termasuk aku, sebelum pulang mengambil hasil dari trap yang telah
dikubur sebelumnya. Ada kejadian lucu yang aku perbuat disini yakni…. Aku Jatuh
Mamen. Kepleset. Haduh, nahan malu, nahan sakit, nahan ketawa pokoke. Untung
itu larutan detergen yang aku pegang tidak sampai jatuh di mulut. Sayang untuk
adegan makan di padang rumput dan foto kelompok malah tidak di abadikan.
Ya sudah sekian cerita pertamaku mengenai PL Ekologi hari ini, salam
lestari. Lho? Khan mau di lanjut….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar