Assalamualaikum…
Hehehey…
Ternyata aku baru menyadari, kawan. Gimanapun secapeknya aku mau di waktu
senggang ataupun gimana perasaan aku, aku lebih suka mengisinya diakhir cerita
dengan sebuah catatan ‘report’ kecil (hehehe) ataupun corat-coret gambar. Sampai-sampai
aku dapet sedikit (bisa dikatakan) pujian dari salah seorang teman. Yang
katanya aku ataupun orang yang bisa menuangkan ide dan imajinasinya termasuk
orang yang hebat dan mampu untuk menyelesaikan masalah tanpa masalah (jiehehe,
dikataaaa padahal ya, hehe tidak sama sekali).
Alhamdulillah
sekali, pagi tadi (24/4) anak Cor Nature baru saja melaksanakan PL Sistum
tepatnya di Gedong Songo. Sama seperti PL Ekologi, kami ngaret hampir setengah
jam yang menyebabkan komting kami, si Hadi marah-marah. Ya wajar saja sih,
karena dia tidak enak hati sama beberapa dosen yang sudah nyampai dahulu.
Kalau
aku sih telat, mohon maaf yah. Abisnya nunggu anak yang pada mau nitipin
motornya di sini. Kalau aku tarikin permotor 2000,- hasil penitipan motor
mungkin mencapai 12.000,- Tapi berhubung aku orangnya baik hati, jadi aku tidak
meminta sepeserpun, toh emang kostan ini dekat dengan GSG pulak.
Yasudah
setelah absen selesai, kami melakukan pembagian bis. Yeaaahh,, bisku enak
kawan, jadi tidak akan mual-mual selama perjalanan. Perjalanannya beneran
naik-turun tidak karuan..maklum perjalanan gunung kaya perjalanan ke Guci atau
Baturaden tha? Kalau tidak salah, perjalanan memakan waktu hingga 1 jam,
tapi hasilnya tidak mengecawakan ketika hawa sejuk menyambut kami yang turun
dari bus Nugroho.
Singkat
cerita, kelompokku yang terdiri atas Khalisa, Endang, Zikra, Chory, Latifah,
Wildan dan Marco mendapat tempat di daerah gerbang atau taman pintu masuk.
Awalnya sih ada perasaan kecewa, tapi tak apalah. Disana kami hampir banyak
sekali menemukan spesies dari mulai lumut, lichen, paku, hingga mono, dan
dikotil. Terlebih ketika pak Jumari, Ibu Murni dan Ibu ikut membantu kami hunting ‘harta karun’
tersebut bertambah tumpah ruahlah hasil yang didapat. Ide isengku muncul yakni
merekam jejak perjalan kami dari bawah hingga puncak bukit. Lucu hasilnya.
Hehehe.
Kami
mendaki dari Candi Pertama hingga Candi Terakhir yakni lapangan Basecamp tempat
kami berkumpul. Sepanjang perjalanan sungguh melelahkan, mungkin dikarenakan
aku baru pertama kali melakukan perjalan tersebut. Tapi aku tetap semangat
karena sebentar lagi mimpi tentang pendakian beberapa gunung serta pegunungan
akan segera tergapai. (Mohon harap maklum, saya anak kota yang baru adventure).
Jalannya itu naik, turun, berbatu, licin dll. Tapi….ITU SERU, Kawan!!
Subhanallah.
Sepanjang
perjalanan yang mungkin banyak aku ketawa ik adalah:
1.
Banyaknya yang menggunakan objek wisata alam ini menjadi objek
wisata hati a.k.a pacaran. Banyak banget kita lihat dua sejoli pada jalan
gandengan berduaan, ceritanya mungkin cinta alam kali yah ?) atau back to
nature (?) tak tahu aku.
2.
Banyak yang saltum. Serius, menurut aku memang sih yah Gedong Songo
itu objek wisata. Tapi yak masa banyak di temui pasangan-pasangan terutama yang
ceweknya yang saltum. Pakai high hills lah, rok mini lah. Ealah… dikata
mau ke Mall? Sampai-sampai kelompokku terutama Wildan, Marco sama Kak Icha
semangat ntuk menyindir mbak-mbak tersebut. Lucu sekali lah. Hahahahah.
3.
Dan yang untuk mas-masnya. Ada satu kejadian lucu dimana ia
mengenakan baju bertuliskan MAPALA bersendal gunung tapi kelakuannya yang amat
tidak MAPALA. Yakni memetik bunga-bunga di bukit tersebut. Aku mengutarakan
pandanganku tersebut kepada Wildan dan dia menyetujuinya. Amat sangat tidak
lucu, untuk ajang pamer ke sang kekasih, gituh?
Sedangkan
untuk masalah sampah sendiri, hal ini jarang ditemui. Artinya kesadaran
pengunjung disini sudah baik karena mau menjaga kebersihan objek wisata yang di
kujungi. Jadi tidak di temukan adanya aroma-aroma yang menusuk hidung di Candi
Gedong Songo ini kecuali aroma belerang yang lebih mirip seperti aroma (maaf)
kentut, dan aroma ranjau darat dari kuda (maaf, tai kuda).
Sedangkan
spot-spot yang menyenangkan menurutku adalah jalan menuju pemandian air hangat
dan tentunya Candi-candi ataupun batu bekas reruntuhnya candi tersebut. Bagian
depan kolam pemandian air hangat tersebut terdapat sebuah tebing kapur yang tinggi atau apa aku kurang paham
karena warnanya yang putih. Tebing tersebut berlubang dan dia mengeluarkan uap panas
yang pasti menyemburatkan aroma tak sedap tadi. Awalnya uap tersebut kami pikir
berasal dari kawah bukit, tapi aku sempat mikir juga, “kok ya bukit ada
kawahnya, trus kawah Ungaran kaya apa?”.
Nah
bagian atas tebing tadi yang merupakan candi terakhir yang terdapat lapangan
untuk tempat kami berkumpul. Di awali dengan memilih gazebo, di lanjutkan
dengan makan-makan sejenak lalu kami foto-foto di candi satunya. Keren deh
pikoknya. Jadi setelah pengumpulan sempel, kami lanjutkan dengan foto angkatan
membentuk CN 12. Lalu dilanjutkan dengan kemas-kemas dan pulang.
Dan
jalan menurunnyaa itu lho, bener-bener curam yang menjadi menyebab pengunjung
jatuh, beneran tidak bisa di rem, walau berjalan kecepatannya mungkin 100km/h.
kekekek. Kalau menurut aku dan Endang yang memang jauh-jauh tempat udah kebelet
pipis, hal tersebut malah membantu kami. Hahahaha.
Ya
sudah ini Foto-foto narsis aku dan kawanku beserta ceritanya:
IV. Hasil
Selama Pengamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9.
10. 11. 12.
V. Pembahasan (hahahahahah)
1. Gambar 1 adalah gambar aku sama Mbak Dian, pake Hapenya Mbak Dian. Itu
bekas reruntuhan atau apa yah enaknyah? Poseku yang mentang kayaknya kurang
sedep di pandang yah? Hheehheh. Oya selalu saja tanganku terlipat di depan
dada.
2. Di gambar 2 itu ceritanya kita selfie jarak jauh. Yang pegang kamera itu
Bude Noor, trus menyusul di belakangnya ada Mbak Dian yang selalu kalem, aku
dengan kedua tangan diangkat, dan Choirul yang pake pose cemberut. Sedangkan
dari jauh terdapat tiga anak yakni PSN, Syella dan Seviana.
3. Seriusnya kak Icha digambar ke-3. Dia lagi mengambil kerak atau lichen di
pohon yang tumbang.
4. Gambar ke-4 dan ke-8 itu ada Agnis. Keren khan angle yang aku
ambil. Itu candi kedelapan atau keberapa yah aku lupa. Nah gelas kopi yang
Agnis itu awal di buat panas banget, tapi ternyata, bujuug…ccepet banget
dinginnya.
5. Sedangkan gambar ke-5 itu aku yang (lagi-lagi) berpose tangan terlipat di
depan dada. Sayangnya Agnis tidak bisa mangambil angle yang sesuai
harapanku.
6. Dari hasil kekecewaanku tersebut akhirnya aku selfie seperti gambar 6, 7
dan 9. Bila di cermati, ketiga gambar tersebut memiliki persamaan. Apa hayao?
Yap! Bagian pucuk candinya tidak terlihat, menyedihkan.
7. Di gambar 10 itu memang agak tidak jelas yah? Jadi itu ketika perjalanan
pulang kami.
8. Lihat-lihat! Bila gambar tersebut di perbesar, maka munculah dua candi
yang baru saja kami ngeksis disana. Jauh dan keren sekali bukan? Huoh!
Sugooiii! Eh, Subhanallah.
9. Foto terakhir aku tutup dengan perjalanan menuju ke bawah. Hey! Ada
semburat gunung Sumbing yang tertutup awan, selain itu menampilkan kebun bawang.
Aku terlihat gemuk yah, ketika di foto dari arah samping.
Ya sudah, dengan berarkhirnya foto tersebut, berakhir pula
cerita yang bisa aku bagi. Semoga siapa saja yang membaca juga dapat berkunjung
kesini. Ohya, doakan penulis yah, untuk dapat menentukan kemana enaknya penulis
mengisi waktu liburan panjang ini? Silaturahmi ke teman yang di Pegunungan
Dieng atau pergi Muncak bersama sahabat?
Yasudahlah, apapun itu Salam Hangat Mencintai Bumi Allah!