Kamis, 04 Juni 2015

Semua Tentang Jogjakarta (Ngayogyakarta)

Semua Tentang Jogjakarta (Ngayogyakarta)

Entah kemana pikiran ini melangkah. Entah kemana lagi pikiran ini meloncat. Hari lalu kuliah soreku yakni Ekologi Terestrial dibuka dengan cerita singkat Pak Hadi mengenai berita yang sedang tersebar di broadcast mengenai cacing-cacing di daerah Jogjakarta yang banyak menggeliat keluar dari permukaan tanah karena suhu di dalam bumi yang panas. Dan hal yang serupa pernah terjadi 9 tahun lalu. Dimana pada tahun 2006 disaat Jogjakarta diguncang dengan kekuatan yang tidak dapat dibilang kecil.

2006? Jogjakarta? Ahh.. Andai.

Entahlah semoga saja Jogjakarta selalu dalam perlindungan-Nya. Yah. Aku harap Allah SWT selalu memberikan keselamatan, kesejahteraan, dan keamanan bagi warga Jogjakarta. Aku menulis catatan ini bukan karena cerita asmaraku terhadap salah satu teman yang pernah tinggal dan mengejar ilmu di daerah Bantul, namun aku merasakan ada ikatan yang kuat antara aku dan Nagri Ngayogyakarta ini.
Memang banyak sekali kenangan-kenangan di Jogjakarta yang sangat mengesankan. Waktu jaman Mamah masih mengajar di MTs Assalafiah Kota Tegal yang studytournya memang ke sana seperti Kebun Binatang Gembira Loka, Candi Borobudur, Pantai Paris (Parangtritis), Taman Sari, Monumen Kerucut (Jogja Kembali), Kaliurang, Monumen Dirgantara dan pasti Jalan Legend Malioboro.

Semakin remaja atau mungkin dewasa semakin aku bisa melalangbuana ke bagian lain. Monumen Tugu Pal Putih dimana salah satu Iconic Jogjakarta yang berada di ujung jalan Malioboro, kembali menyusuri kenangan yakni Taman Sari, Keraton Jogjakarta (Sultan Palace), Kantor Pos Gedhe, Benteng Vredeburg, kembali lagi menghampiri Gembira Loka, Krakal, Parangkusumo, Sasono Hinggil Dwi Abad, Alun-alun Kidul tempat dimana aku pernah melihat indahnya supermoon bersama dengan sekian warga atau bahkan perantau pelajar Jogjakarta. Alun-alun Lor yang merupakan tempat parker bus-bus pariwisata. Entahlah hingga perjalanan rindu menggunakan kereta api yang berhenti di Stasiun Lempuyang.

Atau mengunjungi kampus tetangga seperti UGM, IAN Sunan Kalijaga, UII, UNY juga pernah. Mungkin pernah istirahat sejenak dari perjalanan Semarang – Jogjakarta dengan menggunakan motor dan beristirahat di warung gudeg Buk Tin.

Dari semua itu masih saja bukan ingatan atau kenangan membekas bersama Mamah, Abih, Gilang, Tante Anna yang juga pernah ikut studytour bersama MTs Assalafiah. Bukan ingatan bersama Pinkan, Denis, Ali, Manda, Yuli, Vivi, Nova dan seluruh anak ASEAN saat studytour ke IAIN SuKa. Bukan juga saat mendaftar dan tes di IAIN SuKa dan keliling malam bersama Manda ke Tugu Pal Putih sampai mbakso. Bukan studybanding ke UGM, UNY atau UII bersama teman kampus. Bukan motoran bareng Teh Hesti, dan Teh Asti nongkrong di Alun-alun Kidul lihat bulan dan bakar-bakaran sampai lupa ternyata ban motor bocor. Tentu bukan cerita bareng penjual baju, tukang delman, tukang becak, sopir bus.

Kenangan yang selalu terbekas dan menggores mungkin “Kamu” tahu Bayu Febriansyah ah bukan Gilang Ramadhan. Atau mungkin kamu lupa? Aku yang tidak tahu pasti mengenai Daerah (yang memang sangat) Istimewa Yogyakarta dan kamu bandingkan dengan wanita tiga tahunmu. Heheh. Sudahlah, memang begini ceritanya dan adanya.


Mbantul praja tamansari, ben ra ucul yo digondheli.                                                                     Sleman sembada, eman-eman marai gela                                                                            Gunungkidul handayani, bacut ucul angel nggoleki                                                               Kulonprogo binangun, karo kanca mbok ya sing rukun – Ngayojakarta Genk Kobra - 

Kamis, 28 Mei 2015

Mimpi di Hari-nya Elang

Wkwkwk, sebenarnya ini bisa dibilang bukan untuk konsumsi fuvlik sih, tapi ceritanya mau cuci gudang file-file yang belum sempet ke sini. Dan ini dibuat meskipun basi 3 bulan mungkin gag papa sih untuk disampein. Bagi-bagi cerita tentang mimpi gituu. Ok. Happy reading my alay story :D

Assalamualikum, yah akhirnya setelah liburan yang panjang ditambah dengan adanya magang yang membuatku bolak-balik Semarang – Tegal. Leleh juga sih. ditambah harus berkemas-kemas sebelum kepulangan yang terakhir karena……yeeey perpindahan kostan. Sekarang aku tinggal di kostannya Anisa. Tepi memang ada beberapa barang yang masih tertinggal disana sih.

Hari ini tepat tanggal 25 February, dan aku sudah mengingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahun si Elang. Dan kamu tahu malam tadi apa yang aku mimpikan? Aku bertemu dengan Elang. AZZZZ.. jadi ceritanya khan aku tertidur jam 9 nah bangun itu jam 23.33. trus karena aku anggap masih malem jadi aku tidur lagi dong yah dan terbangun kurang lebih jam 02.31an. aku terbangun karena aku bingung itu mimpi buruk atau mimpi baik.

Buruknya karena ada Elang di mimpiku, jadi ceritanya ada suatu perayaan yang kita disuruh untuk tinggal disebuah kapal pesiar untuk pergi dan merayakan ditengah laut. Terus waktu pembagian kamar ada anak kecil, cewek  dan nama dan wajahnya persis sama nama adiknya Elang. Dia jatuh dari tangga dan menangis karena membentur lentai. Otomatis aku yang menggendong anak tersebut menanyakan apakah kakaknya masih ikut di kapal dan dia menjawabnya iya. Kemudian aku beranjak ke pertigaan koridor yang di sini masih rame orang-orang mencari kamar. Tiba-tiba aku bertemu Kucing, dan otomatis aku menarik tangannya sambil meminta bantuannya.

Kucing lalu memanggil di antara kerumunan orang tersebut, dan ternyata ada seorang pemuda yang mengaku kalau dia kakak dari sang anak. Pemuda itu mengenalkan diri dengan nama lain (bukan nama sekarang Elang tapi nama kecilnya). Seolah aku tak percaya dan terus saja mengikutinya. Dia tampak berbeda tapi aku tahu dia Elang dan kami mengobrol di restoran kapal. Bentik dari restoran memang dibuat dari kaca-kaca sehingga kita dapat melihat keluar. Kami mengobrol seolah tidak adanya hubungan di masa lalu. Malahan kesan awalnya dia terhadapku seperti pertemanan biasa.
Kemudian mimpi berlanjut ketika aku menemukan anak lelaki yang ditinggal ibunya, aku bermain dengannya sebelum ada orang gila laki-laki mengganggu kami. Dia katanya akan meledakan kapal tersebut dan akhirnya malam harinya aku melarikan diri bersama anak tersebut kesebuah dermaga dan ketika tak jauh sekoci yang aku kendali berjalan, kapal tiba-tiba seperti di ledakan (mungkin karena efek lihat peledakan kapal asing oleh ibu Susi).

Aku menangis karena beberapa orang yang yang aku sayangi ada di dalamnya (termasuk Elang pastinya). Kemudian dari dermaga aku di selamatkan oleh Puput yang bersiap dengan mobilnya. Dan didalam mobil aku menangis sejadi-jadinya sampai beberapa orang ynag juga melarikan diri dan Puput tentunya susah menghentikannya. Aku merasa egois, masa bodo dan menyesal disana.
Sebenarnya memang ingin sekali aku melakukan hal yang demikian. Tapi aku tahu itu mustahil karena setiap aku melihat wajah dia selalu melihat sejarah. Di mimpi itu entah kenapa aku seperti merasakan tangisan di dalam. Sebenarnya aku sungguh ingin melupakan dan menganggapnya teman, tapi aku juga tak ingin itu terjadi. Entah mengapa disaat-saat tertentu Elang, dan Kancil selalu saja muncul padahal keinginnanku adalah melupakannya.

Ketika liburan kemarin, tante Ana cerita kalau kayaknya Elang putus dengan pacar 3 tahunnya. Aku bertanya darimana dia tahu yang dijawab dengan semua foto dia yang sendirian tanpa si wanitanya dan menyuruhnya mendekatinya lagi.

Huah? Mendekatinya lagi? Aku yang sekarang bukan aku yang dulu dong yang bisa diam. Dari putusnya itu kemudian ia mengganti nama kecilnya. Yah, mungkin dia masih terbayang dengan wanita 3 tahunnya. Tante Ana itu orangnya rese, pakai nyanyi lagu Afgan yang liriknya ‘Jika aku bukan jodohmu, ku kan berhenti mengharapkanmu. Jika aku memang tercipta untukmu, jodoh pasti bertemu’. Hahahaha.

Aku sih Enggak. Katanya Anang yang aku copas langsung. Gag mau deh ada cerita-cerita aku nangis.
Yasudah ini karenaharinya Elang, aku mau mengucapkan selamat ulang tahun dan semoga keberkahan selalu terciptauntukmu.


Karena mimpi tersebut kemudian aku terbangun dan tahajud. Tapi entah mengapa aku tiba-tiba ingin menjadi stalker kembali. Owh no! sadarkan aku Ya Allah *sambil menyanyikan lagu milik Afgan tersebut. 

Lagi Jalan Ke Gn. Andong Bareng Temen Kenalan

Foto Gue ke Gn, Andong bareng Gilang adek gue dan Teman Baru 9 dan 10 Mei 2015
Nampak di belakang ada Gn. Sindoro dan Ungaran

Entah kenapa jadi naksir diri sendiri meskipun emang lagi sendiri. eh? pie maksude?




Dibelakang Kami berurutan dari yang besar Gn. Sindoro, Gn. Sumbing dan Gn. Ungaran

 
Ajeng, Teman baru kenalan ini Rina, Etika, dan Si Manis ini gue lupa namanya. Miannee C:




Ternyata kita cantik-cantik yah .. hahaha

Ini Foto yang paling gue suka :D


Yang besar Gn. Merbabu dan satunye Gn. Merapiiiiii



pagi hari ketika Andong masih berkabut

Ane teriak "Berkabuuuttt"

Anjir! Siluet doang! Mataharinya gg Keliatan ketutup Kabut :C



Waktu Kelihatan sekilas geger sapinya Gn. Andong

Gn. Merbabu dari Gn. Andong

Siluet Adek gue, cakepnya kagak nampak :D


Gilang, Adek pertama gue.

Gilang diantara ramenya pasar Andong, eh Gn. Andong hehehe

Subhanallah... Kapan ke dua gunung ini bareng Bayu?!


Ini Gue, Adek Gue sama temen-temen baru gue. Yang tasnya Kuning gue lupa namanye juga, kalau yang dibawah yang megang bendera namanya Aji, sampingnya ada Mas Jaka, terus di samping gue ada Bang Beni :)


ini udah bedol desa :D kita makan dalam tenda darurat gitu. masak kentang sekilo yang gue bawa :D




Sebenernya ada foto gue ama Gilang dan beberapa foto yang miss entah dimana. Ntar gue tambahin deh ya ... 

Ajeng di Balik Bayangan Pernikahan

Udah lama kali tidak berkabar :D, Assalamualaikum semuanyah? Gimana kabar yo semuanya sehat yah semuanya ini ,, *kata bang Dzawin SUCI.

Jujur sebenarnya kabar daku sungguh dalam keadaan yang memprihatinkan, dan merintis untuk tulis menulis lagi deh. Selain nulis skripsi tersisip juga nulis diari. Ini dapet inspirasi dari hasil obrolan sama sahabat MAN, Yuliyanti. Dia bilang salah satu sahabat kita yang lain, temen deket kami, Deni Anis atau akrab di panggil Denis mau nikah setelah lebaran 1436 H, atau lebaran Idul Fitri Juli 2015 ini.

Oke Fine! Mei, Juni, Juli. Temen MAN yang lain kaya si Debby sama Suci juga mau nikaaaah… aahh Shit! Anyway, just can speechless. I don’t know, how can them do that to me. Gue JOMBLO ment! Fak! Owh, sorry aku ralat, lebih tepatnya aku memilih untuk SINGLE. SATU, SENDIRI, MANDIRI Tapi aku bukan Soledad yah, no Alone, no Lonely. Ya But sometimes, I felt give up. Atau mungkin sempat merasa I felt too lonesome on the crowd. Nangis.

Jujur siapa lagi yang harus bertanggung jawab kalo bukan mantan seriusan pertama dan terakhir selama 4 tahun ini?! Aku belum real lupa dia. Setiap ada yang deket, kurang aku tanggepin. Ada yang kasih perhatian, aku acuhkan. Sampai ada yang jelas-jelas nyindir sambil bilang, “kalau nunggu jawaban dari kantor mah paling sejam dua jam dan lamanya paling 3 hari, tapi kalau nunggu jawaban Ajeng mah gag tau sampe kapan limitnya. WTF (re: Wow! This Fantastic!) kapan dia bilang?

Kayaknya ada factor kenapa aku milih sendiri deh, hal ini aku cocokkan sama artikel di Hipwee yang bilang aku terlalu asik sama duniaku, karena trauma masa lalu, daaaaaannn …. Masih keinget mantan. Arhhh.. Mother Fucker! Terus gimana? Harus gitu gue jadi perawan tua? Dilangkahin adek gue Gilang yang jaraknya cuman 15 bulan gara-gara nungguin 12 tahun Rangga dan gue mampu bertahan? Eh? Emang gue Cinta apa?

Eits.. ngomongin AADC, kok bisa ya si Cinta nungguin Rangga selama itu? Kalau seandainya 12 tahun dari 2011 … 2023, 2023 dikurangi 1995 berarti umurku …. WANJRIT ! 28 Tahun? Sibuk kerja ya Mbak?! Setiap dapet undangan pernikahan atau kondangan mantenan kata orang Tegal yang awalnya waktu ABG aku kira wisata kuliner prasmanan jadi wisata religi karena setiap saat ketemu orang yang dikenal kita cuman bisa ber-Istighfar gegara selalu ditanya “KAPAN NYUSUL NIKAH?”, idiiihhh Amit-amiiiittt.. Ya Allah jauhkanlah HAMBA dari Pemikiran ini  :C

Jangan sampai di umur segitu aku nangis kalau dapat undangan sambil nyanyi lagunya BBB Girl – Ku Ingin Menikah di tengah rintikan hujan?!

Ahhhh.. Semoga saja tidaak, Lets smile my beautiful boyish girl J

Rabu, 07 Januari 2015

Phobia Terhadap Kucing & Alasan

Hoam.. berat rasanya mata ini untuk dibuka. Ingin rasanya tetap balas dendam karena tidurku yang sangat singkat malam tadi. Bayangkan saja waktu tidurku untuk semalam adalam tepat pukul 5:00 dimana suasana sudah ramai. Hahaha, memang kebiasaan buruk ini susah dihilangkan, yakni begadang hingga larut dan tertidur setelah sholat subuh.
Malam ini menjadi malam yang berbeda dari malam-malam sebenarnya. Aku yang memang hobi tidur malam mengisi waktuku dengan menonton film hingga larut, berhubungan hampir semua tugas kuliah sudah terselesaikan. Malam ini aku dan temanku, Afiani menonton film horror Korea berjudul ‘The Cat’. Aish.. padahal tanpa itu tema horrorpun aku sudah sangat takut terhadap kucing.
Bicara soala film horror, sebenarnya aku juga tipikal yang penakut. Namun aku berusaha saja pasang tampang berani bahkan dengan sengaja pasang muka tablo agar banyak yang menebak, ‘Wah, jantungnya kuat’. Mau tahu triknya? Waktu di menit bahkan detik-detik awal aku menonton sambil mencari synopsis film tersebut, bila perlu sampai blusukan ke blog-blog yang membuka spoiler. Jadi kita tahu, dimana adegan yang akan mengejutkan terjadi. Hahaha.
Entah mengapa bila aku melihat kucing rasanya ingin kabur saja. Tampangnya yang menyeramkam tau banyaknya mitos yang berhubungan dengannya. Di kontrakan kami, salah satu kakak angkatan ada yang memelihara kucing yang hidungnya pesek itu lho. Pernah suatu malam ketika aku sedang mengerjakan tugas, hasrat ingin pipisku muncul. Setelah aku membuka kamar, jreenggg….! Kucing pesek itu sedang duduk dan rasanya benar-benar terpaku menatap kamarku.
Masya Allah.. ini efek terror yang tertinggal akibat nonton film tersebut. Seolah-olah kucing tersebut teman dari hantu atau malah..SPY?! iyah. Spy yang dikirim seseorang gitu. Pernah pada saat aku dan ke-7 penghuni kontrakan sedang bersantai diruang TV, pesek datang menghampiriku. Alamak! Kata si empunya, Pesek bisa tau mana yang berani dia mana yang takut kucing. Lalu aku pura-pura berani dan mencoba membolak-balikan kalung milik Pesek barangkali memang dia Spy. Tapi ternyata bukan. Yah… tapi dengan adanya film tersebut aku memang sangat lebih berhati-hati terhadap Pesek, karena aku tidak tahu apa tujuan dia datang kemari.
Kontrakan kami berada di perempatan sebuah gang. Malam ini suasana perkampungan sangat sepi, sehingga kamupun jika berada disana juga bisa mendengar suara mobil yang melewati jalan lintas kota yang jaraknya tidak sampai 200m. Sedangkan untuk kamarku berada di dekat gang tersebut. Aku tidur bersama Afiani dimana kamar kami tata senyaman mungkin.
‘Myeong, Myeong’.. tiba-tiba ada suara kucing. Ini bukan suara Pesek, karena pasti Pesek sudah tidur. Aku mendengarkan lebih jelas lagi dengan menajamkan ketajaman indera pendengaranku. Suara itu berasa dari luar.
“Buset, jam segini siapa sih yang ninggalin bayinya sampai nangis begitu?”, ucap Fia disetengah tidurnya.
‘Gulp!’, Bayi? Bukannya itu suara kucing? Tapi setelah dipikir-pikir memang suaranya mirip seperti bayi yang menangis. Oh Tuhan. Kucing itu seperti mondar-mandir di Gang tersebut. Kadang menjauh, kadang sangat dekat, dan menghilang lalu muncul kembali suaranya. Nanti begitu seterusnya hingga subuh tadi.
Aku yang sebenarnya penakut, amat sangat takut malah bila dalam kondisi dan situasi demikian mencoba untuk tetap tenang. Tapi ketika suara kucing itu benar-benar sangat dekat (perasaanku kucing tersebut tidak berubah tempat dan hanya benar-benar berdiam di depan kontrakan kami) yang aku lakukan hanyalah MEMBEKU. Yap membeku tidak bergerak dan konyolnya juga menahan napas. Takutnya itu kucing vampire yang bisa mengetahui kalau aku masih belum tidur.
Aku sungguh dibuatnya gila dalam beberapa hari belakangan. Pernah kalanya aku mencoba mengintip dari ventilasi dengan segala keberanian  yang sangat tersisa. Tapi belum pernah aku melihat secara langsung visualisasi dari kucing tersebut.
Adzan Subuh berkumandang. Alhamdulillah, aku yang sudah berpengalaman dalam bidang mengingat atau ‘ngelingke’ pasti suara kucing misterius itu hilang. Selalu saja demikian, dan memang demikian. Entah Adzan tersebut merupakan alarmnya atau bagaimana.
Setelah solat, perasaan terror terus masih ada. Disini aku juga akan menjelaskan berhubungan dengan kuliah saya yakni mengenai phobia. Jangan salahkan atau tertawakan bila ada seseorang yang takut terhadap sesuatu.
Misalnya aku. Aku sangat takut dengan kucing (namun perlahan sudah di treatment dengan memegang bulu kucing). Aku pernah bercerita terhadap Psikiaterku, bahwa dengan mendengarkan meongan kucing yang berat, atau kucing yang akan bertengkar atau kucing yang menurutku agak aneh itu dapat membuatku seperti mendapatkan terror apapun itu. Perasaanku bisa saja berkeringat dingin hingga melakukan hal konyol lainnya.
Lalu dengan melihat mata kucing saja aku seperti merasa bahwa mata kucing akan menjadi menyeramkan bila dari dekat. Missal aku melihat dari jauh mata kucing sangat indah. Tapi ketika aku mendekatinya, yang kulihat hanyalah mata dengan pupil atau keseluruhan yang berwarna hitam. Kosong.
Bahkan pada saat pengadopsian Pesek oleh walinya sekarang, aku benar-benar merasa sangat diterror, ketakutan sekali bahkan menjerit atau menangis. Tak jarang aku mengumpat kata kasar atau melempar Pesek dengan sandal japit. Inilah yang sarankan oleh teman yakni bertanya pada psikiater.
Psikiater bilang ada trauma psikis (kejiwaan) maupun fisik terhadap sesuatu sehingga membuat aku takut terhadap kucing. Misalnya pada saat dulu-dulu sangat ketika aku kecil pernah melihat atau menonton film horror, thriller atau apalah fucker itu yang kemudian direkam oleh saraf memasuki bawah sadar berupa memori. Kemudian disaat yang bersamaan tumbuh dengar mendengarkan ini itu tentang hal buruk atau bahkan yang dirasa menakutkan tentang sesuatu. Anak kecil yang memiliki rasa takut akan selalu menelan memori tanpa berpikir apakah demikian itu benar ataupun salah. Kemudian dari rasa yang ada menupuk diingatan sehingga menimbulkan trauma.
 Dari penanganan yang diberikan yang aku terima yakni obat yang diminum ketika rasa panic dan takut itu muncul, dan terapi bersama pembiming yang sabar (hehehe). Jadi misalkan takut dengan kucing seperti ini, kamu bila menggunakan orang terdekat untuk menjadi terapis yakni dengan memelihara kucing itu sendiri. Kamu takut dengan ketinggian, maka kamu bisa mencoba wahana-wahana yang memacu adrenalin yang pastinya ditemani pendamping.
Kamu takut dengan kegelapan, sendiri dan sempit sehingga kamu dapat mencoba untuk menggunakan lift sering kali dengan ditemani teman. Dan kalau misalnya kamu takut dengan hantu, kamu bisa ikut acara itu yang di TV. Tenang, hantunya gag asli kok. Jadi setelah acara selesai, kamu bisa mencari si cast dan menonjoknya secara keras, dilakukan satu kali, dan berteriak “Aku Gag Takut!!!” atau “Aku Pemberanii”. Hehehe.
Yasudah kali ini segini yang dapat aku bagikan. Selamat mencoba tips diatas.
Yap Aku Berani!

Selasa, 06 Januari 2015

Berharap Mulut dan Mata yang Berkata 'Rindu'.

Pantaslah aku menobatkan diriku sendiri sebagai Taylor Swift atau Raditya Dika imitation. Hahaha. Taylor Swift yang ya you know-lah gimana tentang isi-isi lagunya. Sedangkang bang Radit yang juga ya yah, hampir mirip-mirip gitu. Dan persamaan aku dengan Bang Radit yakni menyebutnya dengan nama hewan atau istilahnya pet yah buat aku, tapi bukan ‘ngepet’ lho. Hehehe.
Yah ginilah aku, yang apa adanya yang juga (demi Neptunus) memiliki ‘Negeri Neptunus’ hehe, yah sedikit pelarian juga bukan sih tapi lebih tepatnya tempat yang ada disaat kelabilan ini menerjang. Jiah. Jadi pasti yang membaca catatan ini pasti bosan setengah mampus deh, ya khan?
Saat makan malam bareng salah satu teman kemarin di sebuah warung angkringan #AngkringanGangTelu yang berkonsep music dan memorian kebetulan diputar lagu-lagu jaman aku masih #BiruPutih ya sebagai pengiring makan pasti lagunya yang sendu, mellow atau apalah itu bukan lagunya bang Dyo Haw yah. *hehe, lagunya Ribas yang ‘Sebelah Hati’ sama Lobow yang ‘Salah’.
Tiba-tiba gitu yah aku kepintas ingatan sama si Kancil ‘Kampredika’, lho udah Kancil kok pake kampret (?) bukannya kampret itu bahasa Jawa dari kelelawar? Hehe, iya bener, bener. Tapi kampredika itu buka kelelawar tapi memang namanya tersembunyi disitu.
Trus sempat mikir gitu, ‘Iya yah udah lama semenjak yang pelatihan jurnalistik di SMK 1 Tegal waktu aku kelas 11 aku sama sekali belum bertemu sama dia kembali’. Waktu itu ketemupun kita juga tak saling menyapa. Hanya mata kita yang sempat melihat dan saling mengatakan, “Hai, apa kabar? Kabar baik khan? Aku juga baik”, sambil sedikit menarik napas dalam. Dan sepulang dari makan aku langsung menjalakankan aktivitas yang sudah amat sangat aku berusaha untuk tidak melakukannya. Yakni, STALKING.
Banyak cerita-cerita dari sana. Dia tumbuh dengan waajah yang berubah, yah aku juga demikian *semakin tembem. Dan tiba-tiba aku mengarahkan kursor ke tombol Option, lalu..klik… Yap, dalam beberapa detik 5 foto dia sudah tersimpan di memory lepi-ku. Dari yang foto dia magang, di arena atv, waktu dia muncak di Prau, dia minum kopi, sampai foto waktu dia di Umbul Sidomukti. Menatap foto, dan tersenyum, lalu..mencari tissue. Separah inikah aku? Masya Allah.
Iyah, walaupun kami sama-sama di satu univ. tapi kami sama sekali belum pernah bertemu. Huh! *deeply sigh. Di hari ibu kemarin, ketika makan di tempat yang sama bersama Mba Yaya tiba-tiba dia bilang.
“Dek, gimana perkembangan kamu sama yang anak kimia?”
Aku pura-pura tak mendengarkan sambil memainkan air di sisi gelas karena mencairnya es mochacinno yang aku pesan.
“Emm, bukan hubungan kalian sih, cuma usaha kamu gimana?”
Kali ini aku menjawab. “Oh.. dia. Kayaknya gag ada harapan. Statis. Lama kami gag saling ketemu. Lupakan saja.”
Ohya kemarin (22/12) waktu pulang kumpul angkatan, tak sengaja aku nyletuk ‘Long Time No See’ dan Anisa yang ada disampingku mendengarkan, dan bertanya singkat “Siapa?”. Pertanyaannya tidak kujawab, karena mataku sibuk menyapu sekeliling kampus. Lalu ketika kami mendekati gedung Dekanat giliran Anisa berkata, “yang kamu cari lagi duduk didepan”. Rupanya dia memang tahu siapa yang aku cari, bibirku berubah tersenyum namun hanya beberapa centi saja lebarnya.
Kembali ke percakapan dengan Mbak Yaya. Ya setelah aku menjawab, reaksi mbak Yaya cuma tersenyum sambil minum es tehnya.
“Yah, seenggaknya aku masih bisa konsentrasi ke laporan, makalah-makalah, jurnal-jurnal sama tugas magang di semester 6 sih Mba. Sedikit teralihkan untuk sementara. Gag tau sih, ntar kalau semuanya selesai, mungkin gangguan semacam itu muncul lagi, hehehe”.
“Yasudah gag papa. Aku juga gitu kok. Sekarang lagi mikir tentang tesisku daripada Zuhdi. Hehehe.”
Dia tersenyum, akupun tersenyum. Kami saling merasa perasaan tersebut sekarang. Mungkin sebenarnya kami menangis dalam senyum tersebut. Heh. Senyum di bibir Cuma kamuflase saja. Aku tahu, kami sama-sama menahan nangis, karena hidung dan mata tidak bisa berbohong. Hanya saja ini bukan tentang anak Kimia, tapi tentang anak Teknik Sipil.
‘Baru menyadari, sebentar lagi semester enam dan sebentar lagi ada yang sedang berusaha membuat TA. Benar-benar tiga tahun memandang langit di tempat yang sama, tapi benar-benar tidak saling menyapa. #degateksi.’
Barusan aku akan berkicau demikian, langsung aku keluarkan tweet tersebut. Agaknya itu bukan semestinya dan mungkin berpikir bahwa aku cari perhatian. Biarlah entah sampai kapan aku dan Kancil belum dapat bertemu atau malah tidak akan bertemu kembali. Berharap kali ini mata kami dan mulut kami bisa saling bekerja sama.
Lagi-lagi yang aku tulis bukan mengenai kuliah, atau tentang keadaan kampus. Tapi bukankah seseorang terkadang bisa mengungkapkan sebenarnya dia? Bukankah dalam hati dia bukan seorang munafik?
Inilah aku.