Selasa, 06 Januari 2015

Berharap Mulut dan Mata yang Berkata 'Rindu'.

Pantaslah aku menobatkan diriku sendiri sebagai Taylor Swift atau Raditya Dika imitation. Hahaha. Taylor Swift yang ya you know-lah gimana tentang isi-isi lagunya. Sedangkang bang Radit yang juga ya yah, hampir mirip-mirip gitu. Dan persamaan aku dengan Bang Radit yakni menyebutnya dengan nama hewan atau istilahnya pet yah buat aku, tapi bukan ‘ngepet’ lho. Hehehe.
Yah ginilah aku, yang apa adanya yang juga (demi Neptunus) memiliki ‘Negeri Neptunus’ hehe, yah sedikit pelarian juga bukan sih tapi lebih tepatnya tempat yang ada disaat kelabilan ini menerjang. Jiah. Jadi pasti yang membaca catatan ini pasti bosan setengah mampus deh, ya khan?
Saat makan malam bareng salah satu teman kemarin di sebuah warung angkringan #AngkringanGangTelu yang berkonsep music dan memorian kebetulan diputar lagu-lagu jaman aku masih #BiruPutih ya sebagai pengiring makan pasti lagunya yang sendu, mellow atau apalah itu bukan lagunya bang Dyo Haw yah. *hehe, lagunya Ribas yang ‘Sebelah Hati’ sama Lobow yang ‘Salah’.
Tiba-tiba gitu yah aku kepintas ingatan sama si Kancil ‘Kampredika’, lho udah Kancil kok pake kampret (?) bukannya kampret itu bahasa Jawa dari kelelawar? Hehe, iya bener, bener. Tapi kampredika itu buka kelelawar tapi memang namanya tersembunyi disitu.
Trus sempat mikir gitu, ‘Iya yah udah lama semenjak yang pelatihan jurnalistik di SMK 1 Tegal waktu aku kelas 11 aku sama sekali belum bertemu sama dia kembali’. Waktu itu ketemupun kita juga tak saling menyapa. Hanya mata kita yang sempat melihat dan saling mengatakan, “Hai, apa kabar? Kabar baik khan? Aku juga baik”, sambil sedikit menarik napas dalam. Dan sepulang dari makan aku langsung menjalakankan aktivitas yang sudah amat sangat aku berusaha untuk tidak melakukannya. Yakni, STALKING.
Banyak cerita-cerita dari sana. Dia tumbuh dengan waajah yang berubah, yah aku juga demikian *semakin tembem. Dan tiba-tiba aku mengarahkan kursor ke tombol Option, lalu..klik… Yap, dalam beberapa detik 5 foto dia sudah tersimpan di memory lepi-ku. Dari yang foto dia magang, di arena atv, waktu dia muncak di Prau, dia minum kopi, sampai foto waktu dia di Umbul Sidomukti. Menatap foto, dan tersenyum, lalu..mencari tissue. Separah inikah aku? Masya Allah.
Iyah, walaupun kami sama-sama di satu univ. tapi kami sama sekali belum pernah bertemu. Huh! *deeply sigh. Di hari ibu kemarin, ketika makan di tempat yang sama bersama Mba Yaya tiba-tiba dia bilang.
“Dek, gimana perkembangan kamu sama yang anak kimia?”
Aku pura-pura tak mendengarkan sambil memainkan air di sisi gelas karena mencairnya es mochacinno yang aku pesan.
“Emm, bukan hubungan kalian sih, cuma usaha kamu gimana?”
Kali ini aku menjawab. “Oh.. dia. Kayaknya gag ada harapan. Statis. Lama kami gag saling ketemu. Lupakan saja.”
Ohya kemarin (22/12) waktu pulang kumpul angkatan, tak sengaja aku nyletuk ‘Long Time No See’ dan Anisa yang ada disampingku mendengarkan, dan bertanya singkat “Siapa?”. Pertanyaannya tidak kujawab, karena mataku sibuk menyapu sekeliling kampus. Lalu ketika kami mendekati gedung Dekanat giliran Anisa berkata, “yang kamu cari lagi duduk didepan”. Rupanya dia memang tahu siapa yang aku cari, bibirku berubah tersenyum namun hanya beberapa centi saja lebarnya.
Kembali ke percakapan dengan Mbak Yaya. Ya setelah aku menjawab, reaksi mbak Yaya cuma tersenyum sambil minum es tehnya.
“Yah, seenggaknya aku masih bisa konsentrasi ke laporan, makalah-makalah, jurnal-jurnal sama tugas magang di semester 6 sih Mba. Sedikit teralihkan untuk sementara. Gag tau sih, ntar kalau semuanya selesai, mungkin gangguan semacam itu muncul lagi, hehehe”.
“Yasudah gag papa. Aku juga gitu kok. Sekarang lagi mikir tentang tesisku daripada Zuhdi. Hehehe.”
Dia tersenyum, akupun tersenyum. Kami saling merasa perasaan tersebut sekarang. Mungkin sebenarnya kami menangis dalam senyum tersebut. Heh. Senyum di bibir Cuma kamuflase saja. Aku tahu, kami sama-sama menahan nangis, karena hidung dan mata tidak bisa berbohong. Hanya saja ini bukan tentang anak Kimia, tapi tentang anak Teknik Sipil.
‘Baru menyadari, sebentar lagi semester enam dan sebentar lagi ada yang sedang berusaha membuat TA. Benar-benar tiga tahun memandang langit di tempat yang sama, tapi benar-benar tidak saling menyapa. #degateksi.’
Barusan aku akan berkicau demikian, langsung aku keluarkan tweet tersebut. Agaknya itu bukan semestinya dan mungkin berpikir bahwa aku cari perhatian. Biarlah entah sampai kapan aku dan Kancil belum dapat bertemu atau malah tidak akan bertemu kembali. Berharap kali ini mata kami dan mulut kami bisa saling bekerja sama.
Lagi-lagi yang aku tulis bukan mengenai kuliah, atau tentang keadaan kampus. Tapi bukankah seseorang terkadang bisa mengungkapkan sebenarnya dia? Bukankah dalam hati dia bukan seorang munafik?
Inilah aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar