Semua Tentang Jogjakarta (Ngayogyakarta)
Entah kemana pikiran ini melangkah. Entah kemana lagi pikiran ini
meloncat. Hari lalu kuliah soreku yakni Ekologi Terestrial dibuka dengan cerita
singkat Pak Hadi mengenai berita yang sedang tersebar di broadcast mengenai
cacing-cacing di daerah Jogjakarta yang banyak menggeliat keluar dari permukaan
tanah karena suhu di dalam bumi yang panas. Dan hal yang serupa pernah terjadi
9 tahun lalu. Dimana pada tahun 2006 disaat Jogjakarta diguncang dengan
kekuatan yang tidak dapat dibilang kecil.
2006? Jogjakarta? Ahh.. Andai.
Entahlah semoga saja Jogjakarta selalu dalam perlindungan-Nya. Yah. Aku
harap Allah SWT selalu memberikan keselamatan, kesejahteraan, dan keamanan bagi
warga Jogjakarta. Aku menulis catatan ini bukan karena cerita asmaraku terhadap
salah satu teman yang pernah tinggal dan mengejar ilmu di daerah Bantul, namun
aku merasakan ada ikatan yang kuat antara aku dan Nagri Ngayogyakarta ini.
Memang banyak sekali kenangan-kenangan di Jogjakarta yang sangat mengesankan.
Waktu jaman Mamah masih mengajar di MTs Assalafiah Kota Tegal yang studytournya
memang ke sana seperti Kebun Binatang Gembira Loka, Candi Borobudur, Pantai
Paris (Parangtritis), Taman Sari, Monumen Kerucut (Jogja Kembali), Kaliurang,
Monumen Dirgantara dan pasti Jalan Legend Malioboro.
Semakin remaja atau mungkin dewasa semakin aku bisa melalangbuana ke
bagian lain. Monumen Tugu Pal Putih dimana salah satu Iconic Jogjakarta yang
berada di ujung jalan Malioboro, kembali menyusuri kenangan yakni Taman Sari,
Keraton Jogjakarta (Sultan Palace), Kantor Pos Gedhe, Benteng Vredeburg,
kembali lagi menghampiri Gembira Loka, Krakal, Parangkusumo, Sasono Hinggil Dwi
Abad, Alun-alun Kidul tempat dimana aku pernah melihat indahnya supermoon
bersama dengan sekian warga atau bahkan perantau pelajar Jogjakarta. Alun-alun
Lor yang merupakan tempat parker bus-bus pariwisata. Entahlah hingga perjalanan
rindu menggunakan kereta api yang berhenti di Stasiun Lempuyang.
Atau mengunjungi kampus tetangga seperti UGM, IAN Sunan Kalijaga, UII,
UNY juga pernah. Mungkin pernah istirahat sejenak dari perjalanan Semarang –
Jogjakarta dengan menggunakan motor dan beristirahat di warung gudeg Buk Tin.
Dari semua itu masih saja bukan ingatan atau kenangan membekas bersama
Mamah, Abih, Gilang, Tante Anna yang juga pernah ikut studytour bersama MTs
Assalafiah. Bukan ingatan bersama Pinkan, Denis, Ali, Manda, Yuli, Vivi, Nova dan
seluruh anak ASEAN saat studytour ke IAIN SuKa. Bukan juga saat mendaftar dan
tes di IAIN SuKa dan keliling malam bersama Manda ke Tugu Pal Putih sampai
mbakso. Bukan studybanding ke UGM, UNY atau UII bersama teman kampus. Bukan
motoran bareng Teh Hesti, dan Teh Asti nongkrong di Alun-alun Kidul lihat bulan
dan bakar-bakaran sampai lupa ternyata ban motor bocor. Tentu bukan cerita
bareng penjual baju, tukang delman, tukang becak, sopir bus.
Kenangan yang selalu terbekas dan menggores mungkin “Kamu” tahu Bayu
Febriansyah ah bukan Gilang Ramadhan. Atau mungkin kamu lupa? Aku yang tidak
tahu pasti mengenai Daerah (yang memang sangat) Istimewa Yogyakarta dan kamu
bandingkan dengan wanita tiga tahunmu. Heheh. Sudahlah, memang begini ceritanya
dan adanya.
Mbantul praja tamansari, ben ra ucul yo digondheli. Sleman sembada, eman-eman marai gela Gunungkidul handayani, bacut ucul
angel nggoleki Kulonprogo binangun, karo kanca
mbok ya sing rukun – Ngayojakarta Genk Kobra -