Kamis, 27 November 2014

Aku dan ‘mereka’ – Kenyataanya itu Pasti

Aku dan ‘mereka’ – Kenyataanya itu Pasti
“ Wah, parah lu Dhil. Gag tau deh gue, males kalau udah gini. Omongan lu ngaco. Dunia khayal lu udah tingkat dewa bener dah”, ucap temenku Imel.
Kadang inilah yang membuat aku malas cerita dengan manusia. Iya deh. Serius. Makanya aku lebih memilih cerita dengan yang lainnya, contohnya si Bule Helena.
Pernah Helena berkata seperti ini, “Manusia itu susah dimengerti. Ketika mengkritik orang dia tidak bisa member solusi lain. Aneh  sedikit, dijauhi. Berbeda sedikit dicibir dibelakang. Memuakan!”. Begitu.
Yah. Ini tentang tentang Imel. Pendengar cerita-ceritaku. Misalnya pernah aku bercerita mengenai Helena. Dia tersenyum tipis sambil berujar, “Takaran sadar lu emang kayanya sudah limit atau malah udah kagak ada yah kayaknya?.. Gag bisa membedakan yang nyata dan dunia khayal”. Imel yang yang kenyataanya teman dekatku, malah berkata demikian.
Kesadaranku sudah tidak ada?
Kok ya bisa, seorang yang ngakunya teman berkata gitu?!
Aku waras kok!
Aku juga tak ingin seperti ini!
Emang siapa yang betah mendengarkan suara yang muncul secara tiba-tiba dan selalu mengagetkan?
Apalagi ketika diterangnya bulan dan kamu bisa mendengar suara gonggongan anjing, ketawa, atau parahnya derap langkah kuda(?)
Emang siapa yang mau ditemenin yang lain ketika lemburan?
Emang siapa yang mau dilihat, mengintip penuh waspada dari balik selimut, atau malahan ditiup telinganya?
Ya,! Kamu mau menggantikannya?!
 Tidak mau kan? Membayangkannya saja sudah langsung dibuang jauh-jauh.
Aku tak mau dibilang sinting oleh beberapa orang. Aku pernah meminta saran ke Bunda untuk menutupnya, atau minta ditemani psikiater. Mungkin semuanya teman khayal. Lagian aku kan selalu rajin beribadah. Jadi mana mungkin.
Tapi memang, pada kenyataannya mereka yang kulihat semuanya pasti.mbantu melanjutkan, tolong bantuannya. arigato :))


Tidak ada komentar:

Posting Komentar