Aku dan ‘mereka’ – Kenyataanya itu Pasti
“ Wah, parah lu Dhil. Gag tau deh gue, males kalau
udah gini. Omongan lu ngaco. Dunia khayal lu udah tingkat dewa bener dah”, ucap
temenku Imel.
Kadang inilah yang membuat aku malas cerita dengan
manusia. Iya deh. Serius. Makanya aku lebih memilih cerita dengan yang lainnya,
contohnya si Bule Helena.
Pernah Helena berkata seperti ini, “Manusia itu susah
dimengerti. Ketika mengkritik orang dia tidak bisa member solusi lain.
Aneh sedikit, dijauhi. Berbeda sedikit
dicibir dibelakang. Memuakan!”. Begitu.
Yah. Ini tentang tentang Imel. Pendengar
cerita-ceritaku. Misalnya pernah aku bercerita mengenai Helena. Dia tersenyum
tipis sambil berujar, “Takaran sadar lu emang kayanya sudah limit atau malah
udah kagak ada yah kayaknya?.. Gag bisa membedakan yang nyata dan dunia khayal”.
Imel yang yang kenyataanya teman dekatku, malah berkata demikian.
Kesadaranku sudah tidak ada?
Kok ya bisa, seorang yang ngakunya teman berkata
gitu?!
Aku waras kok!
Aku juga tak ingin seperti ini!
Emang siapa yang betah mendengarkan suara yang muncul
secara tiba-tiba dan selalu mengagetkan?
Apalagi ketika diterangnya bulan dan kamu bisa
mendengar suara gonggongan anjing, ketawa, atau parahnya derap langkah kuda(?)
Emang siapa yang mau ditemenin yang lain ketika
lemburan?
Emang siapa yang mau dilihat, mengintip penuh waspada
dari balik selimut, atau malahan ditiup telinganya?
Ya,! Kamu mau menggantikannya?!
Tidak mau kan?
Membayangkannya saja sudah langsung dibuang jauh-jauh.
Aku tak mau dibilang sinting oleh beberapa orang. Aku
pernah meminta saran ke Bunda untuk menutupnya, atau minta ditemani psikiater.
Mungkin semuanya teman khayal. Lagian aku kan selalu rajin beribadah. Jadi mana
mungkin.
Tapi memang, pada kenyataannya mereka yang kulihat semuanya
pasti.mbantu melanjutkan, tolong bantuannya. arigato :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar