Kamis, 27 November 2014

Aku dan ‘mereka’ : Ia yang Meniup

Aku dan ‘mereka’ : Ia yang Meniup
Malam sabtu ini terasa suram, kelam, dan dingin. Hujan sepertinya enggan meninggalkan desa ini. Ia terus saja turun seperti tangisan dewi-dewi di khayangan sana dari sepulangku dari kampus sore ini. Baju dan jaket yang basah tadi langsung kugantung angin-angin dengan menggunakan hanger.
“Helena fidu .. Where are you. Come’ on and enjoying this game now”. Kulatunkan sedikit lagu menirukan opening theme songnya Scooby. Terus saja kupanggil namanya berharap dia muncul sejenak. Sambil bernyanyi, aku melepas kerudung abu-abuku yang juga basah.
Kamarku terasa sangat dingin, gelap. Dari celah pintu aku membayangkan diluar mungkin lebih dingin.
“Males banget! Laporan udah selesai, malah sepi melanda”, batinku melanda.
Kubuka pintu kamar dan mengarahkan kakiku menuju ruang tv. Sepertinya hampir semua penghuni kosan ini banyak yang pulang kampong karena weekend. Aku merasa kosan ini seperti rumah sendiri. Sepi.
Televise kunyalakan untuk meramaikan kosan dengan volume suara yang tinggi. Kebetulan acaranya menarik. Tentang liputan seorang blogger traveling kuliner yang kebetulan sedang di Negeri Ginseng. Tak apalah mungkin aku melihatnya sendiri.
‘Fuuuhhh’..
Ditengah keseruannku sepertinya ada yang meniup telinga kiriku, rambut pendekku sempat berkipas sebentar. Dingin rasanya. Secepatnya aku menoleh.
“Astaghfirullah..”.
Secepatnya menghilang. Entah siapa. Usilnya. Ingin berkenalannkah?
Pintu depan terbuka, sontak aku melihat. Ternyata penjaga kosan sepertinya baru datang karena pulang kampong. Bajunya basah. Sepertinya tetesan air itu belum juga reda. Ia duduk sebentar sambil berkomentar sesekali tentang tayangan yang ada.
“Lhah..lhah.. kok kerasane dingin banget yo mbak iki dikaki”.
“Oh.. iya tha? Angin mungkin, maklum diluar khan masih hujan”. Sahutku.
‘Fiuuuhh…’
Telingaku tiba-tiba ditiup lagi. Ingin tahu rasanya? Hembusan udara dingin dingiiiinn sekali. Takut sih tetapi penasaran. Dan berpikir yang bukan-bukan.
Tiba-tiba penjaga kosan beranjak dari tempat duduk dan berkata lalu neninggalkanku penuh tanya, “iku lho mbak. Mbake yang biasanya duduk didepan arep kenalan”.
Secepatnya aku mematikan tv, dan berlari menuju kamar. Menarik selimut dan memaksakan memejamkan mata. 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar