Hoam.. berat rasanya mata ini untuk dibuka. Ingin rasanya tetap balas dendam karena tidurku yang sangat singkat malam tadi. Bayangkan saja waktu tidurku untuk semalam adalam tepat pukul 5:00 dimana suasana sudah ramai. Hahaha, memang kebiasaan buruk ini susah dihilangkan, yakni begadang hingga larut dan tertidur setelah sholat subuh.
Malam ini menjadi malam yang berbeda dari malam-malam sebenarnya. Aku yang memang hobi tidur malam mengisi waktuku dengan menonton film hingga larut, berhubungan hampir semua tugas kuliah sudah terselesaikan. Malam ini aku dan temanku, Afiani menonton film horror Korea berjudul ‘The Cat’. Aish.. padahal tanpa itu tema horrorpun aku sudah sangat takut terhadap kucing.
Bicara soala film horror, sebenarnya aku juga tipikal yang penakut. Namun aku berusaha saja pasang tampang berani bahkan dengan sengaja pasang muka tablo agar banyak yang menebak, ‘Wah, jantungnya kuat’. Mau tahu triknya? Waktu di menit bahkan detik-detik awal aku menonton sambil mencari synopsis film tersebut, bila perlu sampai blusukan ke blog-blog yang membuka spoiler. Jadi kita tahu, dimana adegan yang akan mengejutkan terjadi. Hahaha.
Entah mengapa bila aku melihat kucing rasanya ingin kabur saja. Tampangnya yang menyeramkam tau banyaknya mitos yang berhubungan dengannya. Di kontrakan kami, salah satu kakak angkatan ada yang memelihara kucing yang hidungnya pesek itu lho. Pernah suatu malam ketika aku sedang mengerjakan tugas, hasrat ingin pipisku muncul. Setelah aku membuka kamar, jreenggg….! Kucing pesek itu sedang duduk dan rasanya benar-benar terpaku menatap kamarku.
Masya Allah.. ini efek terror yang tertinggal akibat nonton film tersebut. Seolah-olah kucing tersebut teman dari hantu atau malah..SPY?! iyah. Spy yang dikirim seseorang gitu. Pernah pada saat aku dan ke-7 penghuni kontrakan sedang bersantai diruang TV, pesek datang menghampiriku. Alamak! Kata si empunya, Pesek bisa tau mana yang berani dia mana yang takut kucing. Lalu aku pura-pura berani dan mencoba membolak-balikan kalung milik Pesek barangkali memang dia Spy. Tapi ternyata bukan. Yah… tapi dengan adanya film tersebut aku memang sangat lebih berhati-hati terhadap Pesek, karena aku tidak tahu apa tujuan dia datang kemari.
Kontrakan kami berada di perempatan sebuah gang. Malam ini suasana perkampungan sangat sepi, sehingga kamupun jika berada disana juga bisa mendengar suara mobil yang melewati jalan lintas kota yang jaraknya tidak sampai 200m. Sedangkan untuk kamarku berada di dekat gang tersebut. Aku tidur bersama Afiani dimana kamar kami tata senyaman mungkin.
‘Myeong, Myeong’.. tiba-tiba ada suara kucing. Ini bukan suara Pesek, karena pasti Pesek sudah tidur. Aku mendengarkan lebih jelas lagi dengan menajamkan ketajaman indera pendengaranku. Suara itu berasa dari luar.
“Buset, jam segini siapa sih yang ninggalin bayinya sampai nangis begitu?”, ucap Fia disetengah tidurnya.
‘Gulp!’, Bayi? Bukannya itu suara kucing? Tapi setelah dipikir-pikir memang suaranya mirip seperti bayi yang menangis. Oh Tuhan. Kucing itu seperti mondar-mandir di Gang tersebut. Kadang menjauh, kadang sangat dekat, dan menghilang lalu muncul kembali suaranya. Nanti begitu seterusnya hingga subuh tadi.
Aku yang sebenarnya penakut, amat sangat takut malah bila dalam kondisi dan situasi demikian mencoba untuk tetap tenang. Tapi ketika suara kucing itu benar-benar sangat dekat (perasaanku kucing tersebut tidak berubah tempat dan hanya benar-benar berdiam di depan kontrakan kami) yang aku lakukan hanyalah MEMBEKU. Yap membeku tidak bergerak dan konyolnya juga menahan napas. Takutnya itu kucing vampire yang bisa mengetahui kalau aku masih belum tidur.
Aku sungguh dibuatnya gila dalam beberapa hari belakangan. Pernah kalanya aku mencoba mengintip dari ventilasi dengan segala keberanian yang sangat tersisa. Tapi belum pernah aku melihat secara langsung visualisasi dari kucing tersebut.
Adzan Subuh berkumandang. Alhamdulillah, aku yang sudah berpengalaman dalam bidang mengingat atau ‘ngelingke’ pasti suara kucing misterius itu hilang. Selalu saja demikian, dan memang demikian. Entah Adzan tersebut merupakan alarmnya atau bagaimana.
Setelah solat, perasaan terror terus masih ada. Disini aku juga akan menjelaskan berhubungan dengan kuliah saya yakni mengenai phobia. Jangan salahkan atau tertawakan bila ada seseorang yang takut terhadap sesuatu.
Misalnya aku. Aku sangat takut dengan kucing (namun perlahan sudah di treatment dengan memegang bulu kucing). Aku pernah bercerita terhadap Psikiaterku, bahwa dengan mendengarkan meongan kucing yang berat, atau kucing yang akan bertengkar atau kucing yang menurutku agak aneh itu dapat membuatku seperti mendapatkan terror apapun itu. Perasaanku bisa saja berkeringat dingin hingga melakukan hal konyol lainnya.
Lalu dengan melihat mata kucing saja aku seperti merasa bahwa mata kucing akan menjadi menyeramkan bila dari dekat. Missal aku melihat dari jauh mata kucing sangat indah. Tapi ketika aku mendekatinya, yang kulihat hanyalah mata dengan pupil atau keseluruhan yang berwarna hitam. Kosong.
Bahkan pada saat pengadopsian Pesek oleh walinya sekarang, aku benar-benar merasa sangat diterror, ketakutan sekali bahkan menjerit atau menangis. Tak jarang aku mengumpat kata kasar atau melempar Pesek dengan sandal japit. Inilah yang sarankan oleh teman yakni bertanya pada psikiater.
Psikiater bilang ada trauma psikis (kejiwaan) maupun fisik terhadap sesuatu sehingga membuat aku takut terhadap kucing. Misalnya pada saat dulu-dulu sangat ketika aku kecil pernah melihat atau menonton film horror, thriller atau apalah fucker itu yang kemudian direkam oleh saraf memasuki bawah sadar berupa memori. Kemudian disaat yang bersamaan tumbuh dengar mendengarkan ini itu tentang hal buruk atau bahkan yang dirasa menakutkan tentang sesuatu. Anak kecil yang memiliki rasa takut akan selalu menelan memori tanpa berpikir apakah demikian itu benar ataupun salah. Kemudian dari rasa yang ada menupuk diingatan sehingga menimbulkan trauma.
Dari penanganan yang diberikan yang aku terima yakni obat yang diminum ketika rasa panic dan takut itu muncul, dan terapi bersama pembiming yang sabar (hehehe). Jadi misalkan takut dengan kucing seperti ini, kamu bila menggunakan orang terdekat untuk menjadi terapis yakni dengan memelihara kucing itu sendiri. Kamu takut dengan ketinggian, maka kamu bisa mencoba wahana-wahana yang memacu adrenalin yang pastinya ditemani pendamping.
Kamu takut dengan kegelapan, sendiri dan sempit sehingga kamu dapat mencoba untuk menggunakan lift sering kali dengan ditemani teman. Dan kalau misalnya kamu takut dengan hantu, kamu bisa ikut acara itu yang di TV. Tenang, hantunya gag asli kok. Jadi setelah acara selesai, kamu bisa mencari si cast dan menonjoknya secara keras, dilakukan satu kali, dan berteriak “Aku Gag Takut!!!” atau “Aku Pemberanii”. Hehehe.
Yasudah kali ini segini yang dapat aku bagikan. Selamat mencoba tips diatas.
Yap Aku Berani!
Malam ini menjadi malam yang berbeda dari malam-malam sebenarnya. Aku yang memang hobi tidur malam mengisi waktuku dengan menonton film hingga larut, berhubungan hampir semua tugas kuliah sudah terselesaikan. Malam ini aku dan temanku, Afiani menonton film horror Korea berjudul ‘The Cat’. Aish.. padahal tanpa itu tema horrorpun aku sudah sangat takut terhadap kucing.
Bicara soala film horror, sebenarnya aku juga tipikal yang penakut. Namun aku berusaha saja pasang tampang berani bahkan dengan sengaja pasang muka tablo agar banyak yang menebak, ‘Wah, jantungnya kuat’. Mau tahu triknya? Waktu di menit bahkan detik-detik awal aku menonton sambil mencari synopsis film tersebut, bila perlu sampai blusukan ke blog-blog yang membuka spoiler. Jadi kita tahu, dimana adegan yang akan mengejutkan terjadi. Hahaha.
Entah mengapa bila aku melihat kucing rasanya ingin kabur saja. Tampangnya yang menyeramkam tau banyaknya mitos yang berhubungan dengannya. Di kontrakan kami, salah satu kakak angkatan ada yang memelihara kucing yang hidungnya pesek itu lho. Pernah suatu malam ketika aku sedang mengerjakan tugas, hasrat ingin pipisku muncul. Setelah aku membuka kamar, jreenggg….! Kucing pesek itu sedang duduk dan rasanya benar-benar terpaku menatap kamarku.
Masya Allah.. ini efek terror yang tertinggal akibat nonton film tersebut. Seolah-olah kucing tersebut teman dari hantu atau malah..SPY?! iyah. Spy yang dikirim seseorang gitu. Pernah pada saat aku dan ke-7 penghuni kontrakan sedang bersantai diruang TV, pesek datang menghampiriku. Alamak! Kata si empunya, Pesek bisa tau mana yang berani dia mana yang takut kucing. Lalu aku pura-pura berani dan mencoba membolak-balikan kalung milik Pesek barangkali memang dia Spy. Tapi ternyata bukan. Yah… tapi dengan adanya film tersebut aku memang sangat lebih berhati-hati terhadap Pesek, karena aku tidak tahu apa tujuan dia datang kemari.
Kontrakan kami berada di perempatan sebuah gang. Malam ini suasana perkampungan sangat sepi, sehingga kamupun jika berada disana juga bisa mendengar suara mobil yang melewati jalan lintas kota yang jaraknya tidak sampai 200m. Sedangkan untuk kamarku berada di dekat gang tersebut. Aku tidur bersama Afiani dimana kamar kami tata senyaman mungkin.
‘Myeong, Myeong’.. tiba-tiba ada suara kucing. Ini bukan suara Pesek, karena pasti Pesek sudah tidur. Aku mendengarkan lebih jelas lagi dengan menajamkan ketajaman indera pendengaranku. Suara itu berasa dari luar.
“Buset, jam segini siapa sih yang ninggalin bayinya sampai nangis begitu?”, ucap Fia disetengah tidurnya.
‘Gulp!’, Bayi? Bukannya itu suara kucing? Tapi setelah dipikir-pikir memang suaranya mirip seperti bayi yang menangis. Oh Tuhan. Kucing itu seperti mondar-mandir di Gang tersebut. Kadang menjauh, kadang sangat dekat, dan menghilang lalu muncul kembali suaranya. Nanti begitu seterusnya hingga subuh tadi.
Aku yang sebenarnya penakut, amat sangat takut malah bila dalam kondisi dan situasi demikian mencoba untuk tetap tenang. Tapi ketika suara kucing itu benar-benar sangat dekat (perasaanku kucing tersebut tidak berubah tempat dan hanya benar-benar berdiam di depan kontrakan kami) yang aku lakukan hanyalah MEMBEKU. Yap membeku tidak bergerak dan konyolnya juga menahan napas. Takutnya itu kucing vampire yang bisa mengetahui kalau aku masih belum tidur.
Aku sungguh dibuatnya gila dalam beberapa hari belakangan. Pernah kalanya aku mencoba mengintip dari ventilasi dengan segala keberanian yang sangat tersisa. Tapi belum pernah aku melihat secara langsung visualisasi dari kucing tersebut.
Adzan Subuh berkumandang. Alhamdulillah, aku yang sudah berpengalaman dalam bidang mengingat atau ‘ngelingke’ pasti suara kucing misterius itu hilang. Selalu saja demikian, dan memang demikian. Entah Adzan tersebut merupakan alarmnya atau bagaimana.
Setelah solat, perasaan terror terus masih ada. Disini aku juga akan menjelaskan berhubungan dengan kuliah saya yakni mengenai phobia. Jangan salahkan atau tertawakan bila ada seseorang yang takut terhadap sesuatu.
Misalnya aku. Aku sangat takut dengan kucing (namun perlahan sudah di treatment dengan memegang bulu kucing). Aku pernah bercerita terhadap Psikiaterku, bahwa dengan mendengarkan meongan kucing yang berat, atau kucing yang akan bertengkar atau kucing yang menurutku agak aneh itu dapat membuatku seperti mendapatkan terror apapun itu. Perasaanku bisa saja berkeringat dingin hingga melakukan hal konyol lainnya.
Lalu dengan melihat mata kucing saja aku seperti merasa bahwa mata kucing akan menjadi menyeramkan bila dari dekat. Missal aku melihat dari jauh mata kucing sangat indah. Tapi ketika aku mendekatinya, yang kulihat hanyalah mata dengan pupil atau keseluruhan yang berwarna hitam. Kosong.
Bahkan pada saat pengadopsian Pesek oleh walinya sekarang, aku benar-benar merasa sangat diterror, ketakutan sekali bahkan menjerit atau menangis. Tak jarang aku mengumpat kata kasar atau melempar Pesek dengan sandal japit. Inilah yang sarankan oleh teman yakni bertanya pada psikiater.
Psikiater bilang ada trauma psikis (kejiwaan) maupun fisik terhadap sesuatu sehingga membuat aku takut terhadap kucing. Misalnya pada saat dulu-dulu sangat ketika aku kecil pernah melihat atau menonton film horror, thriller atau apalah fucker itu yang kemudian direkam oleh saraf memasuki bawah sadar berupa memori. Kemudian disaat yang bersamaan tumbuh dengar mendengarkan ini itu tentang hal buruk atau bahkan yang dirasa menakutkan tentang sesuatu. Anak kecil yang memiliki rasa takut akan selalu menelan memori tanpa berpikir apakah demikian itu benar ataupun salah. Kemudian dari rasa yang ada menupuk diingatan sehingga menimbulkan trauma.
Dari penanganan yang diberikan yang aku terima yakni obat yang diminum ketika rasa panic dan takut itu muncul, dan terapi bersama pembiming yang sabar (hehehe). Jadi misalkan takut dengan kucing seperti ini, kamu bila menggunakan orang terdekat untuk menjadi terapis yakni dengan memelihara kucing itu sendiri. Kamu takut dengan ketinggian, maka kamu bisa mencoba wahana-wahana yang memacu adrenalin yang pastinya ditemani pendamping.
Kamu takut dengan kegelapan, sendiri dan sempit sehingga kamu dapat mencoba untuk menggunakan lift sering kali dengan ditemani teman. Dan kalau misalnya kamu takut dengan hantu, kamu bisa ikut acara itu yang di TV. Tenang, hantunya gag asli kok. Jadi setelah acara selesai, kamu bisa mencari si cast dan menonjoknya secara keras, dilakukan satu kali, dan berteriak “Aku Gag Takut!!!” atau “Aku Pemberanii”. Hehehe.
Yasudah kali ini segini yang dapat aku bagikan. Selamat mencoba tips diatas.
Yap Aku Berani!