Hari ini adalah
hari kamis. Dahulu aku menanti hari ini disaat aku mengenal seseorang.
Seseorang yang sudah merubah pertemanan menjadi persahabatan sehingga
menumbuhkan suatu perasaan yang hanya dialami oleh dua sejoli dimabuk asrama.
Seseorang yang juga merubah hubungan itu kembali pada pertemanan atau lebih
tepatnya saling tidak mengenal, seperti saat kami kehilangan kabar.
Tapi kamis kali
ini aku menunggunya karena hobi baru yakni mendengarkan portal nightmare di
radio-radio. Bukan sesi menakutkan yang aku harapin, namun sesi yang tiba-tiba
membuat aku merindukan dua atau tiga orang yang telah lama hilang di dunia ini.
Mereka telah tidur dengan tenang berturut turut di akhir abad. Mereka adalah tetuaku
yakni, Eyang Umi, dan Eyang Abah serta Tante Irma yang telah tenang dalam
pelukan Allah.
Aku langsung
nangis aja tiba-tiba. Baru kusadari memang bahwa sudah lama tidak menganggap
kenangannya tentang mereka. Aku dan adik kandungku yang lelaki termasuk yang
beruntung. Dimana kami masih sempat merasakan hangatnya sayang seorang nenek
serta kakek yang kami sayangi. Tidak lupa tanteku, Rumanah Irmayati (almh) yang
cantik rupanya bak bidadari taman surge yang selalu riang menemani keponakannya
bermain. Yang ada dibungaku ketika mendengar tembang lawas “Oh bunga mawar
lekaslah mengembang.. ku ingin memtik dirimu..” selalu menge,bang wajahnya yang
setiap paginya menyiram bunga mawar merah di depan pekarangan rumah eyang.
Bunganya
cantik, persis seperti yang merawatnya. Dia selalu tampil paling anggun di
setiap acara. Wajah tanteku itu mirip dengan salah satu artis Indonesia, namun
sayang aku lupa untuk mengingatnya. Semua putri eyang memiliki sisi yang berani
dan cakap serta gesit layaknya lelaki. Maklum Eyang Umi dan Eyang Abah memiliki
tiga srikandi dalam kelompok lima Pandawa.
Bila bercerita mengenai tante, iya juga akan sangat manis ketika
mengenakan kebaya serta rambut yang disanggul. Tanpa riasan yang berlebih, itu
sudah cukup.
Mengenai Eyang
Abah serta Eyang Umi. Pasti selalu pilihan utama ketika pada saat itu masa TK
kami yang sangat bandel merekalah ujuan pelarian kami. Hehe. Dan hasilnya gigi
ompong kami menampak, ketika Eyang Abah yang duduk di kursi roda pura-pura
memarahi atau menasehati Mamah atau Abih yang lagi dibuat kesal oleh kita. Adem
banget ketika semua nostalgia berterbangan dalam ingatan dimasa lalu.
Malem Kamis, 9 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar